Tuesday, December 25, 2007

Sisi Lain Kenaikan Susu

Lebih mengerikan lagi, setelah ikut dalam barisan susu yang dicari pun tak kunjung juga. Kalau pun ada harganya bisa selangit.

Ironis memang. Betapa tidak. Negara yang punya segalanya, tetapi kekurangan banyak hal. Kita punya laut amat luas, tapi isi laut yang melimpah tidak membuat nelayan kita kaya. Pengais jala tetap saja dalam wajah lamanya. Yaitu miskin dan tak berdaya.

Hamparan hutan luas tak membuat binatang ternak beranak pinak. Malah mati kelaparan akibat huntanya gundul. Tentunya, banjir tak terelakan lagi.

Belum lagi, kita memang mempunya banyak kawah gunungg merapi, tetapi karena ulah lalim manusia. Penyangga bumi itu beralih fungsi menjadi malapetaka. Letusan lahar dingin daln lapa panas tak bisa dihindari lagi.

Bumi pertiwi ini juga punya banyak kandungan minyak tanah. Tetapi, benda ini juga bisa kapan saja menghilang dari pasar. Dan kalaupun ada, harganya bisa selangit. Rakyat kecil sering nanar dan kehabisan daya mencari energi ini.

Sebutan Negeri agraris pula tak bisa menyediakan beras untuk rakyatnya. Hingga harus di impor beras dari beberapa negara yang dulu belajar pertanian dari kita, seperti Thailand dan Vietnam.

Padahal Nenek moyang kita mewariskan tradisi mulia tersebut. Lantas kenapa harus meminta belas kasihan dari bangsa lain?

Tak hanya berhenti disini saja, bumi pertiwi ini juga punya banyak kandungan minyak tanah. Tetapi, benda ini juga bisa kapan saja menghilang dari pasar.

Kenaikan Susu Meresahkan Warga
Kenaikan harga susu, khususnya susu bayi formula terjadi di beberapa pasar dan toko swalayan di sejumlah daerah. Di Jakarta, sejumlah pedagang mengaku tidak mengetahui pasti penyebab kenaikan harga susu. Namun, diperkirakan kenaikan harga susu ini akan terus berlanjut secara bertahap.

Hal senada diungkapkan Ketua Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Thomas Dharmawan. Thomas memperkirakan kenaikan harga susu ini akan terus terjadi hingga 2008. Menurut Thomas, kenaikan susu tersebut dipicu oleh menurunnya produksi susu di luar negeri. Padahal, 70 persen kebutuhan susu dalam negeri berasal dari impor.

Kenaikan harga susu juga terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Merambatnya harga susu membuat orangtua resah karena kenaikan tidak hanya pada susu impor, tapi juga susu lokal. Susu impor bermerek yang paling murah saat ini sekitar Rp 150 ribu per 900 gram dari sebelumnya sekitar Rp 115 ribu.(www.metritvnews.com, 29/06)

Air Tajin Jadi Pilihan
Melonjaknya harga susu membuat masyarakat berputar otak. Seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu di Panceng, Gresik, Jawa Timur, dengan mencampur susu untuk anaknya dengan air beras yang baru saja dimasak atau air tajin. Memberi minum balita dengan air tajin memang telah menjadi kebiasaan warga setempat sejak lama.

Namun, kebiasaan lama itu baru kembali dilakoni Mawartik sejak sepekan terakhir. Setiap kali usai memasak nasi, warga Panceng ini selalu mengambil air tajin untuk kemudian dicampur dengan susu anaknya. Komposisinya, seperempat botol susu dicampur dengan tiga perempat air tajin. Langkah tersebut diakui wanita ini sangat membantu menghemat pengeluaran keluarga, khususnya untuk membeli susu sang anak.

Menyoal kenaikan susu itu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu justru menyatakan kenaikan harga susu yang terjadi saat ini masih tergolong normal.

Lain halnya dengan Fahmi Idris, Menteri Perindustrian Fahmi Idris sebelumnya mengatakan masalah itu bukan wewenangnya. Seharusnya pertanyaan mengenai kenaikan harga susu serta kebijakan apa yang harus diambil lebih tepat ditujukan ke Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu juga enggan memberikan penjelasan. Dia ingin mengetahui secara pastu permasalahnnya. "Tentunya produsen dan distributor yang mengetahui soal ini," kata Mari Elka. (www.liputan6.com)

Kendati kenaikanya tak begitu tingggi hanya 10 persen. Tetap saja dapat meresahkan wong cilik. Seperti yang diuratakan Ardiansyah Parman, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri "Tidak ada alasan itu (menaikkan harga hingga lebih 10 persen). Karena mereka harus memperhitungkan daya beli masyarakat. Kalau terlalu tinggi dan tidak terserap masyarakat produsen akan rugi," ujarnya.

Seperti diberitakan, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia memperkirakan harga susu bakal naik maksimal 15 persen hingga akhir tahun ini. Hal ini terjadi jika pemerintah tidak mengantisipasi dampak kekeringan di Australia, negara asal impor bahan baku susu Indonesia (Koran Tempo, 3/7).

Ketua Umum Industri Pengolahan Susu (IPS) Abdullah Sabana juga memastikan kenaikan harga susu dan produk turunannya tidak akan lebih dari 10 persen. "Sebab stok ada di pasar hingga tahun depan. Dengan efisiensi, kami dapat meredam kenaikan harga bahan baku ini, sehingga kenaikan tak lebih dari 10 persen," katanya.

Faktor utama lainnya, kata Abdullah, adalah pergantian musim di Australia sehingga sangat kondusif untuk menurunkan harga bahan baku susu. "Menjelang akhir tahun kemungkinan besar harga bahan baku akan turun, di Australia mulai akan turun hujan," ujarnya.

Kalaupun ada lonjakan harga bahan baku yang sangat tinggi ke depan, dia memastikan, hal itu tidak langsung berdampak pada kenaikan harga susu. Sebab, porsi harga bahan baku terhadap biaya produksi bervariasi dan tidak besar dibandingkan faktor lainnya. "Biaya yang timbul tidak hanya dari susu, tapi dari pengemasan, energi, ongkos produksi di pabrik, upah karyawan, dan sebagainya," kata Abdullah.

Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Kelautan dan Perikanan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pemerintah akan melakukan pemberian susu melalui program pos pelayanan terpadu (posyandu). "Khususnya pemberian susu dan makanan tambahan bagi bayi di bawah tiga tahun (6 bulan-3 tahun) kepada masyarakat berpendapatan rendah," katanya. Pengeluaran masyarakat untuk susu, kata dia, hanya 0,5 persen atau lebih rendah dari pengeluaran untuk minyak goreng.

Di tempat terpisah Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan, pihaknya kemungkinan akan melakukan operasi pasar susu. Saat ini, kata dia, jajarannya sedang mempertimbangkan mekanisme yang akan dipilih.

Operasi pasar, kata Siti, merupakan salah satu opsi yang kemungkinan akan dipilih untuk mengatasi tingginya harga susu. Dia mengaku juga sedang mempertimbangkan membuat program susu murah untuk rakyat. Fokusnya adalah pada anak balita. "Tapi masih saya pikirkan," katanya (Tempo,04/07)

Sisi Lain Kenaikan Susu
Di lain pihak, kenaikan harga susu dapat menggairahkan para peternak sapi perah di sentra produksi susu murni di Indonesia karena mereka bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga jual komoditas andalannya itu.

"Kenaikan harga susu murni memang sudah saatnya setelah selama 12 tahun stagnan. Para peternak sapi perah saat ini bisa menikmati kenaikan rata-rata Rp700 per liter susu. Yah sesekali mereka merasakan keuntungan," kata Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Deddi Setiadi di Bandung, Selasa.

Ia menyebutkan harga susu saat ini berkisar Rp3.500 hingga Rp3.900 per liternya. Padahal harga biasanya berkisar Rp2.800 hingga Rp3.600 per liter susu di tingkat koperasi.

Deddi menyebutkan, kenaikan yang terjadi saat ini, bagi para petani sebenarnya belum mencapai angka "break event point" (BEP) dari biaya per liter susu sapi bila dihitung dari biaya pakan, obat-obatan dan upah kerja.

"Tidak fair jika pemerintah minta menekan harga susu dari peternak tanpa ada upaya untuk meningkatkan pendapatan mereka, sedangkan di lain pihak impor susu terus dilakukan," katanya.

Ia menyebutkan, kenaikan harga susu yang terjadi saat ini merupakan kesempatan `langka` bagi para peternak sapi untuk mendapat keuntungan atau minimal menambah modal kerja bagi mereka. (Antara, 03/07)

Sejatinya, kenaikan harga susu tak selamanya dapat mengecewakan warga. Malahan bisa bermakna bahagia. Betapa tidak, semula para peternak hanya bisa menjual susu perahnya kepada para tengkulak dengan harga minim.

Kini, dengan melejitnya harga susu dapat mengahairahkan para pengembala. Tentunya, prodak dalam negeri menjadi tumpual masyarakat. Yang selama ini tersisihkan. Hingga tak dikenal lagi. Akibat derasnya arus modernitas dan gaya hidup gelamor.
Dengan demikian, sudah saatnya warga negara beserta pemerintah mencintai hasil karya anak bangsa. Bukan malam memperburuk kondisinya. Yakni dengan mengkonsumsi susu buatan luar negeri. Semoga.[Ibn Ghifarie]

Cag Rampes, Pojok Sekre Kere, 05/07;23.23 wib

* Ibn Ghifarie, Mahasiswa Studi Agama-Agama Fakultas Filsafat dan Teologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung dan aktivis LPIK (Lembaga Pengkajian Ilmu ke-Islaman) Bandung.

No comments:

Dikelola dan dikembangkan dari beberapa sumber. Powered by Blogger.