Thursday, December 6, 2007

Selasa, 17 Juli 2007;KOmpas

Program Bantuan Sapi Perah Dinilai Tak Efektif

Jakarta, Kompas - Kebijakan pemerintah menambah populasi sapi perah dengan memberi kredit bantuan sapi tidak efektif. Populasi sapi perah tidak bertambah dan produksi susu tidak meningkat.

Menurut Manajer Operasi Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Jawa Barat, Taryat Ali Nursidik saat ditemui di Bandung pekan lalu mengatakan, saat ini peternak lebih membutuhkan kemudahan untuk mendapatkan pakan hijauan ketimbang bantuan sapi.

Untuk memberi pakan hijauan 150 kg untuk tiga ekor sapi perah, peternak harus mencari rumput sampai puluhan kilometer. Skala usaha sapi perah yang ideal minimal delapan ekor.

"Kredit bantuan sapi hanya menambah populasi sapi sesaat. Ketika peternak tak mampu memberi pakan, sapi pun dijual," ujar Taryat.

Dari pengalaman itu, pemerintah seharusnya membuat kebijakan yang benar-benar dibutuhkan peternak, bukan untuk popularitas pejabat atau individu tertentu yang mematikan budi daya sapi perah nasional.

"Berapa banyak uang negara dalam bentuk kredit usaha tani untuk penambahan populasi sapi yang akhirnya macet? Ini sebenarnya bisa dijadikan pelajaran," jelas Taryat.

Agus, pengurus Koperasi Bina Dharma di Ungaran, Jawa Tengah, menjelaskan, bantuan sapi yang diterima peternak lebih sering dijual untuk membeli sepeda motor atau mobil untuk usaha angkutan kota.

Kondisi ini tidak bisa dihindari karena semakin susah mencari pakan. Jarak tempuhnya pun semakin jauh, sementara harga susu tidak kunjung naik.

"Sekarang produksi susu di sini hanya 180 liter per hari, padahal sebelumnya sampai 6.000 liter. Anak-anak muda juga sudah tidak mau lagi mencari rumput," katanya.

Populasi sapi perah nasional sekarang hanya 300.000 ekor dengan produksi susu 1,2 juta liter per hari. Pemenuhan kebutuhan susu mendekati seimbang tahun 1989, yaitu 338.000 liter produksi lokal dan 365.000 liter impor.

Tahun 2006, produksi susu peternak KPSBU sekitar 110.000 liter, meningkat dibandingkan tahun 2002 yang hanya 82.000 liter. Penambahan produksi susu di KPBSU bukan karena bantuan sapi perah, tetapi karena ada kerja sama sewa lahan untuk penanaman rumput gajah di lahan PTPN VIII seluas 500 hektar.(MAS)

No comments:

Dikelola dan dikembangkan dari beberapa sumber. Powered by Blogger.