Sunday, August 30, 2009

BETERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA PENGHASIL SUSU - Sinar Tani - Membangun Kemandirian Agribisnis

Pengembangan ternak kambing PE sebagai penghasil susu untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktifitasnya akan dapat membantu mengatasi masalah penyediaan susu dalam negeri, memenuhi kebutuhan nasional melalui program pemerintah.

Produksi susu segar dalam negeri baru memenuhi 25% dari kebutuhan nasional yang sentra produksinya masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (70%) dari produksi dalam negeri. Produksi susu tersebut boleh dikatakan keseluruhan atau sebagian besar adalah dari ternak sapi perah, padahal susu bukan hanya dapat dihasilkan dari ternak sapi perah, tetapi juga dapat dihasilkan dari kambing perah yang pupulasinya di Indonesia cukup banyak yang masih dapat dikembangkan untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktifitasnya melalui program pemerintah dengan meningkatkan peran para pemangku kepentingan khususnya penyuluh pertanian.

Kambing perah di Indonesia yaitu kambing Peranakan Etawa (PE), merupakan keturunan kambing Etawa dari India, dibawa oleh Belanda pada jaman penjajahan, dikawinkan dengan kambing kacang dan berkembang sebagai kambing penghasil susu, sehingga bentuk tubuh, sifat dan ciri-cirinya berada di antara kambing Etawa dan kambing kacang, yaitu: Bentuk kepala bagian hidung ke atas melengkung atau cembung, telinga panjang menggantung ke bawah, bulu yang indah dan warnanya beragam dari belang putih, merah coklat, bercak hitam atau kombinasi ketiganya, pada bagian belakang memiliki bulu yang panjang dan tebal.

BIBIT DAN REPRODUKSI
Kambing PE berbadan besar, berat badan betina kurang lebih 25 kg dan jantan kurang lebih 35 kg, tinggi gumba yang betina kurang lebih 60 cm dan yang jantan kurang lebih 70 cm. Jantan maupun betina memiliki tanduk pendek dan ramping. Kambing PE dapat menghasilkan anak antara 1–4 ekor per kelahiran atau rata-rata dua ekor. Waktu kawin kambing PE yang baik pada usia 15–18 bulan, karena pada waktu itu alat reproduksinya sudah berkembang sempurna.

Calon induk dan pejantan dipilih berdasarkan catatan produksi. Calon induk yaitu: bobot lahir antara 1,8 - 2 kg; berat sapih antara 6-8 kg; berat umur satu tahun (yearling) antara 20 - 25 kg; pertambahan berat badan harian antara 80 - 120 g/ekor/hari, jumlah anak sekelahiran (litter size) 1,5-1,8 ekor/induk; umur antara 8-12 bulan; mempunyai efisiensi reproduksi yang baik; tubuh tegap, sehat, lincah, dan tidak cacat; tidak pernah terserang penyakit; bentuk ambing simetris, sedikit menggantung, dan puting susu normal (tidak bercabang); bentuk punggung lurus; dan bulu mengkilap.

Calon pejantan yaitu: umur antara 1,5-3 tahun; penampilan bagus dan tegap; memiliki catatan atau informasi produksi maupun reproduksi yang superior, yaitu berasal dari induk yang jumlah anak (litter size) 1,5 - 1,8 ekor/induk, pertambahan berat badan harian (80-120 g/ekor/hari), bentuk scrotum simetris dan mempunyai panjang lingkar 28-30 cm dan tidak nampak bekas abses permanen pada kulitnya, libido tinggi, motilitas sperma 90% dan progresif.

Dewasa kelamin pada umur sekitar 10 bulan, kemudian dapat dikawinkan pada umur 10-12 bulan dengan berat badan sekitar 55 kg. Lama birahi sekitar 35 jam, siklus birahi berselang selama 3 minggu. Pada saat birahi merupakan saat yang tepat untuk dikawinkan, dengan tanda-tandanya yaitu: gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan diam bila dinaiki. Masa bunting sekitar 5 bulan, serta masa melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam dua tahun.

(Untuk informasi lebih lengkapnya silahkan berlangganan Tabloid SINAR TANI. SMS ke : 081584414991)
Sumber:
BETERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA PENGHASIL SUSU - Sinar Tani - Membangun Kemandirian Agribisnis

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Thursday, August 27, 2009

Manajemen Sapi Perah Pada Peternakan Rakyat - 'WahiD' WeB

Manajemen Sapi Perah Pada Peternakan Rakyat - 'WahiD' WeB






[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Dampak ekonomi kejadian brucellosis pada sapi perah di Indonesia

Dampak ekonomi kejadian brucellosis pada sapi perah di Indonesia
Saturday, 03 January 2009 12:33 Last Updated on Tuesday, 20 January 2009 15:39 Written by Wawan Nazaruddin. SKH
Oleh
Wawan Nazaruddin. SKH


PENDAHULUAN

Populasi sapi perah di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, hal ini dipicu oleh kebijakan Uni Eropa dan beberapa negara penghasil susu yang mengurangi subsidi bagi usaha peternakan sapi perah, sehingga tidak ada insentif bagi peternak negara asing untuk mengembangkan usahanya. Kondisi ini menguntungkan bagi peternak sapi perah Indonesia karena akan terjadi peluang untuk meningkatkan posisi tawar kepada buyer susu dan industri pengolahan susu. Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah, daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas. Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk tetap mempertahankan usahanya dalam bidang peternakan sapi perah.

Penyakit brucellosis merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada sapi perah dan merupakan penyakit yang penting karena dapat menimbulkan abortus dan tidak hanya itu penyakit brucellosis ini juga merupakan penyakit zoonosis yang dapat menular kemanusia dan menebabkan penyakit undulant. Kejadian brucellosis cenderung semakin meningkat baik dari segi jumlah (tingkat prevalensi / insidens reaktor) maupun dalam penyebarannya (distribusi). Hal ini tentu sangat mengancam pertumbuhan peternakan (sapi dan kerbau).
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab dan kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit brucellosis.

TINJAUAN PUSTAKA

Kejadian penyakit brucellosis
Penyakit brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak. Di Indonesia kecenderungan meningkatnya populasi dan lebih seringnya mutasi sapi perah menjadi penyebab utama meningkatnya kasus brucellosis. Oleh sebab itu di Indonesia penyakit brucellosis dimasukkan dalam daftar penyakit menular yang harus dicegah dan diberantas sejak tahun 1959.
Di Indonesia, penyakit brucellosis dikenal pertama kali pada tahun 1935, ditemukan pada sapi perah di Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan kuman Brucella Abortus berhasil diisolasi pada tahun 1938. Penyakit brucellosis sudah bersifat endemis di Indonesia dan kadang-kadang muncul sebagai epidemi pada banyak peternakan sapi perah di Jakarta, Bandung, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Putra, 2003)

Etiologi
Penyakit brucellosis, bangs disease atau penyakit abortus pada sapi disebabkan oleh Brucella Abortus (Gibbons, 1963). Secara morfologi, kuman Brucella. Spesies brucellosis yang lain diantaranya adalah Brucella suis dan Brucella meletensis juga dapat menyerang sapi, namun organisme tersebut biasanya hanya terbatas didalam system retikuloendotelial, serta tidak mengakibatkan gambaran penyakit yang jelas.

Klasifikasi
Kingdom :Bacteria
Filum :Proteobacteria
Class :Alphaproteobacteria
Ordo :Rhizobiales
Famili :Brucellaceae
Genus :Brucella
spesies :Brucella Abortus

Brucella Abortus bersifat Gram negatif, tidak berspora, berbentuk kokobasilus (short rods) dengan panjang 0,6 - 1,5 μm, tidak berkapsul, tidak berflagella sehingga tidak bergerak (non motil). Dalam media biakan, koloni kuman brucella berbentuk seperti setetes madu bulat, halus, permukaannya cembung dan licin, mengkilap serta tembus cahaya dengan diameter 1 - 2 mm. Pada pengecatan Gram, kuman terlihat sendiri-sendiri, berpasangan atau membentuk rantai pendek.
Secara biokimia, kuman Brucella dapat mereduksi nitrat, menghidrolisis urea, dan tidak membentuk sitrat tetapi membentuk H2S. Pertumbuhan bakteri memerlukan temperatur 20 - 40°C dengan penambahan karbondioksida (C02) 5 - 10% (Noor, 2006).
Kuman brucella bersifat fakultatif intraseluler yaitu kuman mampu hidup dan berkembang biak dalam set fagosit, memiliki 5-guanosin monofosfat yang berfungsi menghambat efek bakterisidal dalam neutrofil, sehingga kuman mampu hidup dan berkembang biak di dalam set neutrofil. Strain B. abortus yang halus (smooth) pada LPS-nya mengandung komponen rantai 0-perosamin, merupakan antigen paling dominan yang dapat terdeteksi pada hewan maupun manusia yang terinfeksi brucellosis . Uji serologis standar brucellosis adalah spesifik untuk mendeteksi rantai 0-perosamin tersebut.

Sensitifitas Bakteri
Bakteri brucella di luar tubuh induk semang dapat bertahan hidup pada berbagai kondisi lingkungan dalam waktu tertentu. Kemampuan daya tahan hidup bakteri brucella pada tanah kering adalah selama 4 hari di luar suhu kamar, pada tanah yang lembab dapat bertahan hidup selama 66 hari dan pada tanah yang becek bertahan hidup selama 151 - 185 hari. Menurut SUDIBYO (1995), kuman brucella dapat bertahan hidup selama 2 hari dalam kotoran atau limbah kandang bagian bawah dengan suhu yang relative tinggi. Pada air minum ternak, kuman dapat bertahan selama 5 - 114 hari dan pada air limbah selama 30 - 150 hari (Noor, 2006).

Cara penularan
Cara penularan penyakit brucellosis yang paling banyak adalah melalui air susu atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim yang terinfeksi. Penularan bakteri brucellosis ini melalui jilatan dari sapi sapi tersebut, kemudian bakteri brucellosis dapat memasuki tubuh melalui selaput lender konjungtiva atau melalui gesekan kulit yang sehat. Untuk terjadinya infeksi melalui konjungtiva diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri brucella.
Penularan dari pejantan yang terinfeksi brucellosis kepada induk betina dapat terjadi melalui kawin alami atau juga dapat melalui proses inseminasi buatan dilakukan lewat intra uterin dengan sperma yang mengandung brucellosis. Penularan penyakit brucellosis juga dapat terjadi melalui air susu induk yang diminum oleh pedet sapi, namun terjadinya infeksi melalui air susu tersebut sangat kecil sekali.
Penularan kepada manusia dapat terjadi melalui saluran pencernaan, misalnya minum air susu yang tidak dimasak yang berasal dari ternak penderita brucellosis. Penularan melalui selaput lendir atau kulit yang luka, misalnya kontak langsung dengan janin atau plasenta (ari-ari/bali) dari sapi penderita brucellosis dapat juga menyebabkan penularan brucellosis pada manusia.

Patogenesis
Permulaan infeksi brucellosis terjadi pada kelenjar limfe supramamaria. Pada uterus, lesi pertama terlihat pada jaringan ikat antara kelenjar uterus mengarah terjadinya endometritis ulseratif, kotiledon kemudian terinfeksi disertai terbentuknya eksudat pada lapisan allantokhorion. Brucella banyak terdapat pada vili khorion, karena terjadi penghancuran jaringan, seluruh vili akan rusak menyebabkan kematian fetus dan abortus. Jadi kematian fetus adalah gangguan fungsi plasenta disamping adanya endotoksin. Fetus biasanya tetap tinggal di uterus selama 24-72 jam setelah kematian. Selaput fetus menderita oedematous dengan lesi dan nekrosa. (Hardjopranjoto, 1995).
Pada hewan jantan, infeksi akan diikuti oleh orkhitis yang kronis dan perlekatan antara tunika vaginalis testis, sel mani abnormal dan fibriosis yang kronis dari jaringan interstitial. Terjadi pengumpulan makrofag dan limfosit pada jaringan testis. Ampula dan vas deferent, terjadi nekrosa jaringan ikatnya. (Hardjopranjoto, 1995).

Gejala klinis
Gejala klinis dari penyakit brucellosis ini adalah abortus atau dimasyarakat dan peternak dikenal dengan nama keluron. Keguguran biasanya terjadi pada umur kebuntingan 6 sampai 9 bulan kebuntingan, selaput fetus yang yang diaborsikan terlihat oedema, hemoragi, nekrotik dan adanya eksudat kental serta adanya retensi plasenta, metritis dan keluar kotoran dari vagina (Anonim, 2008). Penyakit brucellosis ini juga menyebabkan perubahan didalam ambing. Lebih dari separo dari sapi-sapi yang titer aglutinasinya tinggi menunjukkan presentasi yang tinggi didalam ambingnya.
Selain itu juga penyakit brucellosis ini menimbulkan lesi higromata terutama pada daerah sekitar lutut. Lesi ini terbentuk sebagai regangan sederhana atas bungkus sinovia pada persendian, yang berisi cairan yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah. Kemungkinan terjadinya higroma akibat adanya suatu trauma kemudian kuman kuman brucella yang berada didalam darah membentuk koloni didaerah persendian tersebut (Hardjopranjoto, 1995).
Pada pejantan penyakit brucellosis dapat menyerang pada testis dan mengakibatkan orkhitis dan epididimitis serta gangguan pada kelenjar vesikula seminalis dan ampula. Brucellosis juga menyebabkan abses serta nekrosis pada buah pelir dan kelenjar kelamin tambahan. Sehingga semen yang diambil dari pejantan mungkin mengandung bakteri brucella abortus.

Penanggulangan dan pencegahan brucellosis
Pencegahan brucellosis pada sapi didasarkan pada tindakan higiene dan sanitasi, vaksin anak sapi dengan Strain 19 dan pengujian serta penyingkiran sapi reaktor. Tindakan higienik sangat penting dalam program pencegahan brucellosis pada suatu kelompok ternak. Sapi yang tertular sebaiknya dijual atau dipisahkan dari kelompoknya, kemudian fetus dan placenta yang digugurkan harus dikubur atau dibakar dan tempat yang terkontaminasi harus didesinfeksi dengan 4% larutan kresol atau desinfektan sejenis.
Program vaksinasi dilakukan pada anak sapi umur 3-7 bulan dengan vaksin Brucella Strain 19. Tapi penggunaan Strain 19 harus hati-hati karena dapat menyebabkan brucellosis atau demam undulan pada manusia (Anonim, 2008).
Metode pengendalian lainnya ialah vaksinasi dengan 45/20 terhadap semua ternak, uji serologik secara teratur dengan SAT atau BRT dan CFT, monitoring dengan MRT dan isolasi atau penyingkiran reaktor (Anonim, 2008). Pada umumnya di Indonesia prinsip pengendalian brucellosis adalah metode test and slaughter (uji dan potong) merupakan cara terakhir dalam program pemberantasan.

Kerugian yang ditimbulkan dari penyakit brucellosis
Penyakit brucellosis dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi pada peternak sapi perah dan merupakan penyakit ekonomi pada peternakan yang merisaukan bagi peternak. Hal ini disebabkan karena penyakit brucellosis dapat menulari semua betina yang telah dewasa kelamin dan menyebabkan abortus sampai mencapai 90% dari seluruh sapi betina dewasa tersebut. Sapi betina yang telah terinfeksi brucellosis dapat mengalami abortus 1-2 kali, kemudian akan terjadi kebuntingan normal kembali, namun kebanyakan sapi sapi perah yang terinfeksi tersebut sukar untuk bunting kembali dan mengalami kemajiran yang total, terutama pada sapi yang mengalami retensi sekundinae. Dan dalam beberapa tahun kemudian, gejala abortus menjadi umum dikawasan ternak tersebut disertai dengan angka konsepsi yang rendah, sapi-sapi dikawinkan berulang kali tidak terjadi kebuntingan. Hal ini menyebabkan biaya produksi perusahaan peternakan menjadi tinggi. (Hardjopranjoto, 1995).

KESIMPULAN

Penyakit yang menyebabkan keguguran pada sapi perah disebabkan oleh bakteri brucellosis. Penyakit brucellosis ini menyebabkan keguguran pada trimester terakhir masa kebuntingan.
Penyakit brucellosis menimbulkan kerugian secara ekonomi pada peternak karena selain menyebabkan abortus pada induk yang sedang bunting, penyakit ini juga dapat menyebabkan sapi yang terinfeksi mengalami kemajiran total. Selain itu juga sapi yang terinfeksi brucellosis, produksi susu turun akan turun drastis.


Tags: Brucellosis sapi perah penyebab brucellosis kerugian brucellosis

Sumber:
Dampak ekonomi kejadian brucellosis pada sapi perah di Indonesia

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Manajemen Pengelolaan Sapi Perah | Website Dunia Veteriner

I. PENDAHULUAN

Pada awal bulan mei 2009 ini, harga susu sapi ditingkat koperasi mengalami penurunan harga. Namun demikian, optimisme beternak sapi perah sekiranya tetap kita galakkan demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang cerdas karena peningkatan konsumsi susu. Sapi merupakan salah satu hewan ternak yang penting sebagai sumber protein hewani, selain kambing, domba dan ayam. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005). Sapi berasal dari famili Bovidae, seperti halnya bison, banteng,

kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Pemeliharaan sapi secara intensif mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2005).

Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Di Indonesia, manajemen pemeliharaan biasanya terbagi atas pemeliharaan sapi perah dan sapi potong.

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

Pengembangan usaha peternakan sapi perah di Indonesia (on farm) beserta industri pengolahannya (off farm) mengalami kemajuan pesat pada tahun 1980 sampai dengan 1990 namun pada tahun 1990 sampai dengan 1999 produksi susu segar relatif tetap. Jumlah susu segar yang diproduksi pertahunnya mencapai kurang lebih 330.000 ton. Produksi tersebut terbagi atas 49% berasal dari Jawa Timur, 36% dari Jawa Barat dan sisanya 15% dari Jawa Tengah. (1999). Dari segi perkembangan populasi sapi perah pada tahun 1970 sekitar 3000 ekor menjadi 193.000 ekor pada tahun 1985, dan menjadi 369.000 ekor pada tahun 1991. Kenaikan ini terjadi karena adanya impor sapi perah asal Australia dan New Zealand ( Achjadi, 2001). Pada tahun 1999 industri persusuan nasional hanya memproduksi ± 20% terhadap total kebutuhan industri pengolahan, sehingga sisanya masih sangat bergantung kepada bahan baku impor.

Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlangsung lama tanpa adanya upaya perbaikan pengelolaan sapi perah. Untuk memperbaiki keadaan ini dibutuhkan usaha yang keras dari segala komponen yang terkait, mulai dari peternak sampai dengan pemerintah.

Sistem peternakan sapi perah yang ada di Indonesia masih merupakan jenis peternakan rakyat yang hanya berskala kecil dan masih merujuk pada sistem pemeliharaan yang konvensional. Banyak permasalahan yang timbul seperti permasalahan pakan, reproduksi dan kasus klinik. Agar permasalahan tersebut dapat ditangani dengan baik, diperlukan adanya perubahan pendekatan dari pengobatan menjadi bentuk pencegahan dan dari pelayanan individu menjadi bentuk pelayanan kelompok. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (Breeding), pakan, (feeding), dan tata laksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang manajemen sapi perah yang baik sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi dan ekonomi.

II. MANAJEMEN PEMELIHARAAN

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pola pemeliharaan sapi potong harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Penyiapan sarana dan peralatan tertutama perkandangan
2. Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
3. Kesehatan dan sanitasi
4. Manajemen pemberian makan
5. administrasi serta perhitungan ekonomi

II.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :

- Persyaratan secara umum :
a. Ada sumber air atau sumur
b. Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan
c. Jauh dari daerah hunian masyarakat
d. Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi

- Persyaratan secara khusus :
a. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m atau 2,5 x 2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5 x 1 m per ekor, dengan tinggi atas ± 2-2,5 m dari tanah.
b. Ukuran bak pakan : panjang x lebar = bersih 60 x 50 cm
c. Ukuran bak minum : panjang x lebar = bersih 40 x 50 cm
d. Tinggi bak pakan dan minum bagian dalam 40 cm (tidak melebihi tinggi persendian siku sapi) dan bagian luar 80 cm
e. Tinggi penghalang kepala sapi 100 cm dari lantai kandang
f. Lantai jangan terlalu licin dan terlalu kasar serta dibuat miring (bedakan ± 3 cm). Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
g. Selokan bagian dalam kandang untuk pembuangan kotoran, air kencing dan air bekas mandi sapi : Lebar (L) x Dalam selokan (D) = 35 x 15 cm
h. Selokan bagian luar kandang untuk pembuangan bekas air cucian bak pakan dan minum : L x D = 10 x 15 cm
i. Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang
j. Atap kandang dibuat dari genteng
k. Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari lokasi tanaman rumput. (Hasanudin, 1988). Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.

II.2 Pembibitan dan pemeliharaan bakalan/bibit
Sapi perah yang cocok dipelihara di Indonesia adalah sapi Shorthorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda) dan Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis). Agar dapat memperoleh bibit sapi perah yang baik diperlukan adanya seleksi baik berdasarkan silsilah, bentuk luar atau antomis maupun berdasarkan jumlah produksi. Ciri-ciri sapi perah betina yang baik:

1. Kepala panjang , sempit, halus, sedikit kurus dan tidak banyak berotot
2. Leher panjang dan lebarnya sedang, besarnya gelambir sedadang dan lipatan-lipatan kulit leher halus
3. Pinggang pendek dan lebar
4. Gumba, punggung dan pinggang merupakan garis lurus yang panjang
5. Kaki kuat, tidak pincang dan jarak antara paha lebar
6. Badan berbentuk segitiga, tidak terlalu gemuk dan tulang-tulang agak menonjol (BCS umumnya 2)
7. Dada lebar dan tulang -tulang rusuk panjang serta luas
8. Ambing besar, luas, memanjang kedepan kearah perut dan melebar sampai diantara paha. Kondisi ambing lunak, elastis dan diantara keempat kuartir terdapat jeda yang cukup lebar. Dan saat sehabis diperah ambing akan terlimpat dan kempis, sedangkam sebelum diperah gembung dan besar.
9. Produksi susu tinggi,
10. Umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
11. Berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
12. Tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
13. Tiap tahun beranak.

II. 3 Kesehatan
Gangguan dan penyakit dapat mengenai ternak sehingga untuk membatasi kerugian ekonomi diperlukan control untuk menjaga kesehatan sapi menjadi sangat penting. Manjememen kesehatan yang baik sangat mempengaruhi kesehatan sapi perah. Gangguan kesehatan pada sapi perah terutama berupa gangguan klinis dan reproduksi. Gangguan reproduksi dapat berupa hipofungsi, retensi plasenta,kawin berulang, endometritis dan mastitis baik kilnis dan subklinis. Sedangkan gangguan klinis yang sering terjadi adalah gangguan metabolisme (ketosis, bloot, milk fever dan hipocalcemia), panaritium, enteritis, displasia abomasum dan pneumonia. Adanya gangguan penyakit pada sapi perah yang disertai dengan penurunan produksi dapat menyebabkan sapi dikeluarkan dari kandang atau culling. Culling pada suatu peternakan tidak boleh lebih dari 25, 3%.

Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk pemeliharaan sapi dengan melihat body condition scoring, nilai BCS yang ideal adalah 3,5 (skala 1-5). Jika BCS lebih dari 4 dapat menyebabkan gangguan setelah melahirkan seperti mastitis, retensi plasenta, distokia, ketosis dan panaritium. Sedangkan kondisi tubuh yang kurus menyebabkan produksi susumenurun dengan kadar lemak yang rendah. Selain itu faktor-faktor yang perlu diperhatikan didalam kesehatan sapi perah adalah lingkungan yang baik, pemerahan yang rutin dan peralatan pemerahan yang baik

II. 4 Manajemen pemberian makan
Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali perhari pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan sebelum pemerahan sedangkan rumput diberikan setelah pemerahan. . Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari.

Pemberian pakan pada sapi perah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya. Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi sampai sapi dara, periode bunting, periode kering kandang dan laktasi. Pada anak sapi pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).

Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

II. 5 Administrasi serta perhitungan ekonomi
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih konvensional dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Sistem recording meliputi tanggal kelahiran, pencatatan asal usul sapi (pedigree), pencatatan reproduksi sapi seperti sapi kapan terakhir dikawinkan, terakhir melahirkan dan sapi yang terlambat kawin Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam upaya pelaksanaan program manajemen kesehatan sapi perah dari segi kesehatan kelompok memerlukan perhatian, seperti kualitas sumber daya manusia yang baik dan peningkatan program pelayanan kepada peternak.

sumber: dari berbagai sumber dan atas kebaikan drh.M. Wahiduddin


Sumber:
Manajemen Pengelolaan Sapi Perah | Website Dunia Veteriner

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah

Kondisi peternakan sapi perah di Jawa Tengah

1. Populasi sapi perah pada tahun 2006 adalah 112.153 ekor, dengan produksi susu 78.231 ton serta jumlah peternak 28.400 orang (Laporan Tahunan Dinas Peternakan Prov. Jawa Tengah 2006).

2. Kualitas susu masih rendah dengan kadar lemak 2,91 %, SNF 7,69, TS 10,6, TPC < 5 juta. Rendahnya kualitas susu disebabkan karena rendahnya pemberian pakan konsentrat (kualitas dan kuantitas), hijauan, tata laksana / managemen pemeliharaan. 3. Harga susu di tingkat peternak Jawa Tengah pada saat ini telah mengalami peningkatkan dari harga Rp.1.450,-/lt
menjadi Rp.1.600/lt – Rp.1.900,-/lt, bahkan di koperasi “Andini luhur” sudah mencapai harga Rp. 2.700 /lt, rata-rata Rp. 2.300,-/lt. Perbedaan harga ini tergantung dari kualitas susu yang dilihat dari kandungan TS (Total Solid) dan TPC ( Total Plate Count) / kandungan bakteri di dalam susu segar. Pada saat ini TS tertinggi yang telah dicapai peternak kabupaten Semarang adalah 13,28 dan TPC antara 1,02 jt /ml sampai 5 juta /ml susu. Bahkan ada susu dengan TPC hanya 390 rb/ml susu.
Harga susu segar di Provinsi Jawa Tengah memang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga susu segar di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, (Jawa Timur dan Jawa Barat harga susu segar rata-rata Rp.2.500,- Rp.3.500,-). Salah satu penyebab rendahnya harga susu di Jawa Tengah adalah kualitas susu yang masih rendah dan belum adanya IPS sendiri, sehingga untuk menuju ke IPS yang terletak di Jawa Barat/ Jawa Timur membutuhkan ongkos transportasi yang cukup mahal.





4. Produktivitas ternak rendah, rata-rata 7 – 9 liter/hari, hal ini disebabkan karena kualitas bibit yang rendah dan bibit sudah tua, kualitas pakan rendah, managemen yang tradisional, calving interval panjang > 18 bulan.

5. Mata rantai tataniaga susu yang panjang, dari peternak ke loper (pengumpul), tempat penampungan sementara, Koperasi Unit Desa, GKSI dan terakhir ke IPS, sehingga mengakibatkan tingginya biaya pemasaran bagi peternak.

6. Diversifikasi usaha produk olahan susu/pengolahan pasca panen persusuan belum berkembang di daerah sentra susu, dalam upaya meningkatkan nilai tambah.

7. Peran sektor swasta (investor) di bidang persusuan (IPS) masih sedikit sehingga susu harus dipasarkan ke luar Provinsi Jawa Tengah

8. Kabupaten /Kota yang berpotensi pengembangan sapi perah adalah Boyolali, Semarang, Salatiga, Klaten, Kota Semarang, Kab Magelang, Banyumas, Sukoharjo dan Wonosobo.

Upaya-upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Jawa Tengah antara lain:

1. Tahun 2004 pemerintah Jepang melalui The Project for Dissemination of Appropriate Dairy Technology Utilizing Local Resources telah memberikan bantuan yang berupa teknologi bagi peternak sapi perah guna meningkatkan produksi dan produktivitas sapi perah di Provinsi Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan berupa Training of Trainer (TOT) untuk petugas dan peternak sapi perah di lokasi target area dan bantuan peralatan sesuai dengan kebutuhan peternak. Jumlah petugas dan peternak yang telah mengikuti TOT di Cikole sebanyak 53 orang. Berdasarkan hasil feasibility study oleh Tim JICA maka Kabupaten Semarang telah ditunjuk sebagai lokasi target area kegiatan yaitu Dusun Kemiri Desa Jetak Kecamatan Getasan.

2. Bantuan Demplot kandang model JICA di Kabupaten Semarang dan Boyolali (dari dana APBD I dan swadaya masyarakat dari tahun 2005 - 2007)

3. Melaluin dana APBD I dan APBN telah dibangun VBC (Village Breeding Center) antara lain di Kabupaten Boyolali, Semarang, Wonosobo, Kota Semarang, Klaten dan mendorong Kabupaen/Kota untuk mengalokasikan pust-pusat pembibitan pedesaan melalui dari dana APBD II maupun DAK. Peranan swasta antara lain ”Rowo Seneng” di Kec. Kandangan Kab. Temanggung untuk mengembangkan perbibitan dan budidaya sapi perah; Pondok Pesantren”Sabil Ul Khoirot” di Desa Butuh Kec. Tengaran Kab. Semarang juga telah mengembangkan budidaya sapi perah dimana hasil susunya telah dimanfaatkan untuk anak-anak pondok pesantren.

4. Bantuan ternak sapi perah baik dari pemerintah pusat/Ditjen Peternakan maupun dari pemerintah daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota

5. Proses pembentukan Tim Persusuan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

6. Disamping Koperasi Unit Desa yang tersebar di Kabupaten/ Kota jalur susu , tahun 1998 telah terbentuk Koperasi serba usaha “ Andini Luhur” yang telah mengangkat harga susu peternak di kabupaten Semarang yang diketuai oleh Bpk. Agus Warsito

7. Peran serta GKSI sebagai penyedia sapronak dan sebagai pengumpul serta pemasaran susu ke IPS.

8. Peranan perbankkan yang telah memberikan berbagai fasilitas kredit bagi usaha peternakaan sapi perah.

9. Pembentukan Pengurus Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) di Kota Solo yang diketuai oleh Bpk. H. Masngut Imam Santoso dan untuk Provinsi Jawa Tengah diketuai oleh Bpk. Agus Warsito dari koperasi “ Andini Luhur” yang berperan mengangkat peternak sapi perah di Indonesia.

10. Peran serta peternak sapi perah dan IPS yang peduli pada sesama (al. P Kasimin Kab. Wonosobo dengan menjual susu pasturisasi seharga Rp. 500,- untuk anak-anak sekolah TK dan SD di wilayah Kabupaten Wonosobo dan ternyata mempunyai dampak yang positif terhadap kecerdasan anak-anak sekolah ; perusahan susu Citra Nasional dll.

11. Berbagai sarana dan prasarana baik dari dana APBN dan APBD telah digunakan untuk pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi.

Kendala yang masih dihadapi dalam usaha peternakan sapi perah :

1. Kualitas bibit yang masih rendah karena banyak bibit yang sudah tua sehingga
perlu adanya peremajaan bibit sapi perah
2. Kualitas pakan yang masih rendah dan belum optimalnya penggunaan pakan
lokal.
3. Penerapan teknologi yang belum merata disemua peternak
4. Susu segar merupakan bahan makanan yang mudah rusak, sehingga perlu
penangan yang cepat dan tepat.
5. Belum adanya IPS yang dapat menampung susu dari peternak.
6. Harga pakan jadi(konsentrat) yang dirasa masih cukup tinggi.
7. Belum adanya pabrik pakan jadi (konsentrat) yang dapat menjamin ketersediaan
pakan jadi secara kontinyu dan murah.

Peluang usaha peternakan sapi perah:
Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah, daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas. Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk tetap mempertahankan usahanya dalam bidang peternakan sapi perah. Peran serta pemerintah, swasta serta perbankkan sangat diperlukan dalam mengembangkan usaha budidaya/ peternakan sapi perah untuk meningkatkan ketersediaan susu yang semakin tahun semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, konsumsi protein hewani dan kesejahteraan masyarakat. Serta untuk mendongkrak pendapatan peternak sapi perah yang selama ini relatif kecil. (sumber: disnak jawa tengah_Hal ini dipicu oleh kebijakan Uni Eropa dan beberapa negara penghasil susu yang mengurangi subsidi bagi usaha peternakan sapi perah, sehingga tidak ada insentif bagi peternak negara asing untuk mengembangkan usahanya. Kondisi ini menguntungkan bagi peternak sapi perah Indonesia karena akan terjadi peluang untuk meningkatkan posisi tawar kepada buyer susu dan industri pengolahan susu.
Usaha yang selama ini dilakukan oleh kelompok peternak (membentuk asosiasi), pemerintah daerah, koperasi, perguruan tinggi dan pemerintah pusat mencoba untuk “mengangkat” peternakan sapi perah mewujudkan hasil yang nyata, meskipun masih pada tahapan yang belum maksimal.

Kondisi peternakan sapi perah di Jawa Tengah
1. Populasi sapi perah pada tahun 2006 adalah 112.153 ekor, dengan produksi susu 78.231 ton serta jumlah peternak 28.400 orang (Laporan Tahunan Dinas Peternakan Prov. Jawa Tengah 2006).

2. Kualitas susu masih rendah dengan kadar lemak 2,91 %, SNF 7,69, TS 10,6, TPC < 5 juta. Rendahnya kualitas susu disebabkan karena rendahnya pemberian pakan konsentrat (kualitas dan kuantitas), hijauan, tata laksana / managemen pemeliharaan. 3. Harga susu di tingkat peternak Jawa Tengah pada saat ini telah mengalami peningkatkan dari harga Rp.1.450,-/lt menjadi Rp.1.600/lt – Rp.1.900,-/lt, bahkan di koperasi “Andini luhur” sudah mencapai harga Rp. 2.700 /lt, rata-rata Rp. 2.300,-/lt. Perbedaan harga ini tergantung dari kualitas susu yang dilihat dari kandungan TS (Total Solid) dan TPC ( Total Plate Count) / kandungan bakteri di dalam susu segar. Pada saat ini TS tertinggi yang telah dicapai peternak kabupaten Semarang adalah 13,28 dan TPC antara 1,02 jt /ml sampai 5 juta /ml susu. Bahkan ada susu dengan TPC hanya 390 rb/ml susu. Harga susu segar di Provinsi Jawa Tengah memang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga susu segar di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, (Jawa Timur dan Jawa Barat harga susu segar rata-rata Rp.2.500,- Rp.3.500,-). Salah satu penyebab rendahnya harga susu di Jawa Tengah adalah kualitas susu yang masih rendah dan belum adanya IPS sendiri, sehingga untuk menuju ke IPS yang terletak di Jawa Barat/ Jawa Timur membutuhkan ongkos transportasi yang cukup mahal. 4. Produktivitas ternak rendah, rata-rata 7 – 9 liter/hari, hal ini disebabkan karena kualitas bibit yang rendah dan bibit sudah tua, kualitas pakan rendah, managemen yang tradisional, calving interval panjang > 18 bulan.

5. Mata rantai tataniaga susu yang panjang, dari peternak ke loper (pengumpul), tempat penampungan sementara, Koperasi Unit Desa, GKSI dan terakhir ke IPS, sehingga mengakibatkan tingginya biaya pemasaran bagi peternak.

6. Diversifikasi usaha produk olahan susu/pengolahan pasca panen persusuan belum berkembang di daerah sentra susu, dalam upaya meningkatkan nilai tambah.

7. Peran sektor swasta (investor) di bidang persusuan (IPS) masih sedikit sehingga susu harus dipasarkan ke luar Provinsi Jawa Tengah

8. Kabupaten /Kota yang berpotensi pengembangan sapi perah adalah Boyolali, Semarang, Salatiga, Klaten, Kota Semarang, Kab Magelang, Banyumas, Sukoharjo dan Wonosobo.

Upaya-upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Jawa Tengah antara lain:

1. Tahun 2004 pemerintah Jepang melalui The Project for Dissemination of Appropriate Dairy Technology Utilizing Local Resources telah memberikan bantuan yang berupa teknologi bagi peternak sapi perah guna meningkatkan produksi dan produktivitas sapi perah di Provinsi Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan berupa Training of Trainer (TOT) untuk petugas dan peternak sapi perah di lokasi target area dan bantuan peralatan sesuai dengan kebutuhan peternak. Jumlah petugas dan peternak yang telah mengikuti TOT di Cikole sebanyak 53 orang. Berdasarkan hasil feasibility study oleh Tim JICA maka Kabupaten Semarang telah ditunjuk sebagai lokasi target area kegiatan yaitu Dusun Kemiri Desa Jetak Kecamatan Getasan.

2. Bantuan Demplot kandang model JICA di Kabupaten Semarang dan Boyolali (dari dana APBD I dan swadaya masyarakat dari tahun 2005 - 2007)

3. Melaluin dana APBD I dan APBN telah dibangun VBC (Village Breeding Center) antara lain di Kabupaten Boyolali, Semarang, Wonosobo, Kota Semarang, Klaten dan mendorong Kabupaen/Kota untuk mengalokasikan pust-pusat pembibitan pedesaan melalui dari dana APBD II maupun DAK. Peranan swasta antara lain ”Rowo Seneng” di Kec. Kandangan Kab. Temanggung untuk mengembangkan perbibitan dan budidaya sapi perah; Pondok Pesantren”Sabil Ul Khoirot” di Desa Butuh Kec. Tengaran Kab. Semarang juga telah mengembangkan budidaya sapi perah dimana hasil susunya telah dimanfaatkan untuk anak-anak pondok pesantren.

4. Bantuan ternak sapi perah baik dari pemerintah pusat/Ditjen Peternakan maupun dari pemerintah daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota

5. Proses pembentukan Tim Persusuan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

6. Disamping Koperasi Unit Desa yang tersebar di Kabupaten/ Kota jalur susu , tahun 1998 telah terbentuk Koperasi serba usaha “ Andini Luhur” yang telah mengangkat harga susu peternak di kabupaten Semarang yang diketuai oleh Bpk. Agus Warsito

7. Peran serta GKSI sebagai penyedia sapronak dan sebagai pengumpul serta pemasaran susu ke IPS.

8. Peranan perbankkan yang telah memberikan berbagai fasilitas kredit bagi usaha peternakaan sapi perah.

9. Pembentukan Pengurus Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) di Kota Solo yang diketuai oleh Bpk. H. Masngut Imam Santoso dan untuk Provinsi Jawa Tengah diketuai oleh Bpk. Agus Warsito dari koperasi “ Andini Luhur” yang berperan mengangkat peternak sapi perah di Indonesia.

10. Peran serta peternak sapi perah dan IPS yang peduli pada sesama (al. P Kasimin Kab. Wonosobo dengan menjual susu pasturisasi seharga Rp. 500,- untuk anak-anak sekolah TK dan SD di wilayah Kabupaten Wonosobo dan ternyata mempunyai dampak yang positif terhadap kecerdasan anak-anak sekolah ; perusahan susu Citra Nasional dll.

11. Berbagai sarana dan prasarana baik dari dana APBN dan APBD telah digunakan untuk pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi.

Kendala yang masih dihadapi dalam usaha peternakan sapi perah :

1. Kualitas bibit yang masih rendah karena banyak bibit yang sudah tua sehingga
perlu adanya peremajaan bibit sapi perah
2. Kualitas pakan yang masih rendah dan belum optimalnya penggunaan pakan
lokal.
3. Penerapan teknologi yang belum merata disemua peternak
4. Susu segar merupakan bahan makanan yang mudah rusak, sehingga perlu
penangan yang cepat dan tepat.
5. Belum adanya IPS yang dapat menampung susu dari peternak.
6. Harga pakan jadi(konsentrat) yang dirasa masih cukup tinggi.
7. Belum adanya pabrik pakan jadi (konsentrat) yang dapat menjamin ketersediaan
pakan jadi secara kontinyu dan murah.

Peluang usaha peternakan sapi perah:
Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah, daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas. Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk tetap mempertahankan usahanya dalam bidang peternakan sapi perah. Peran serta pemerintah, swasta serta perbankkan sangat diperlukan dalam mengembangkan usaha budidaya/ peternakan sapi perah untuk meningkatkan ketersediaan susu yang semakin tahun semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, konsumsi protein hewani dan kesejahteraan masyarakat. Serta untuk mendongkrak pendapatan peternak sapi perah yang selama ini relatif kecil. (sumber: disnak jateng)

Sumber:
Pranowoblog » Blog Archive » Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

PAKAN TERNAK INDIKATOR MINIMNYA KUALITAS SUSU JATIM

Surabaya, 27/8 (Antara/FINROLL News) - Pakan ternak menjadi indikator minimnya kualitas susu di Jawa Timur, karena komposisi pemberian pakannya dinilai tidak seimbang.

Peneliti kualitas susu Jatim dari Pemerintah Australia Barat, John Lucey, menjelaskan, salah satu faktor yang membuat produktivitas susu sapi di Jatim tidak sesuai kebutuhan adalah komposisi bahan pakan ternak dan cara pengelolaan.




"Melalui pengelolaan pakan ternak yang tepat perbandingannya, akan menghasilkan daging dan susu yang baik," katanya di Surabaya, Kamis.

Menurut dia, kandungan bahan pakan yang mengandung energi kurang mencukupi kebutuhan pakan sapi tersebut.

"Dengan pemberian bahan itu, sapi yang diternak hanya memiliki energi untuk bertahan hidup. Padahal, mereka membutuhkan pakan lebih dari itu untuk menghasilkan daging atau susu yang berkualitas," katanya.

Ia mengaku, penelitian yang dilakukannya selama delapan hari di Jatim menunjukkan potensi peternakan sapi perah Jatim masih bisa ditingkatkan.

"Keyakinan itu, karena potensi industri persusuan di daerah ini besar. Kami berharap, para peternak di wilayah ini dapat meningkatkan produksinya menjadi sekitar 25 liter per ekor per hari, dari sebelumnya 10 liter," katanya.

Untuk mencapai itu, tambah dia, para peternak di Jatim harus memperhatikan pemberian kandungan konsentrat pakannya. Upaya lain, bisa dilakukan dengan merealisasikan kerja sama antara Jatim dan Australia Barat selama ini, seperti membina peternak sapi perah Jatim di Australia.

"Di sana, para peternak Jatim dilatih tentang bagaimana meningkatkan produksi sapi perah, baik produktivitas susu maupun percepatan peningkatan populasi sapi," katanya.

Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jatim, Sulistiyanto, mengatakan, selama ini nilai sapi perah yang ada di Jatim mencapai Rp1,674 triliun

"Sementara itu nilai susu yang dihasilkan mencapai Rp2,175 miliar," katanya.

Melihat jumlah tersebut, katanya, tampak adanya ketimpangan. Penyebabnya, sampai hari ini jumlah sapi perah yang dimiliki masing-masing peternak belum ideal.

"Sejak dulu sampai sekarang, rata-rata peternak hanya memiliki tiga sapi perah. Namun, kami optimistis pada tahun 2010 setiap peternak bisa memiliki enam sapi perah," katanya.




Sumber:
PAKAN TERNAK INDIKATOR MINIMNYA KUALITAS SUSU JATIM

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Jerit Peternak Sapi Perah

Program pemerintah yang dicanangkan pada tahun 2012 tentang SWASEMBADA SUSU yang diistilahkan Indonesia sebagai kolam susu tampaknya tidak akan terwujud. Hal ini jika kita tilik dari harian-harian terkemuka di negeri ini yang memuat bahwa PT NESTLE akan menurunkan harga susu perah dari KSU pertanggal 21 April 2009 menjadi Rp 3.185 atau turun Rp 300. Hal ini berarti KSU akan membeli susu dari peternak dibawah Rp 2.900. Padahal harga tersebut merupakan BEP pemeliharaan sapi perah.

Kalau harga susu dibawah 2.900 maka peternak akan mengalami kerugian. Bagaimana program swasemabda susu akan terealisasi pada tahun 2012 jika peternak mengalami kerugian. Pertambahan produksi susu yang diharapkan akan bertambah juntru akan terjadi sebaliknya karena peternak pasti akan mengalami kelesuan untuk berkembang, jangankan untuk mengembangkan usaha, untuk BEP saja tidak tercukupi.

Hal ini terjadi karena kesalahan pemerintah yang membuat kebijakan membebaskan biaya pajak impor susu dimana pada saat ini susu dunia harganya jeblog dimana bila dibandingkan dengan harga susu dlam negeri lebih murah. Hal ini sudah pasti dimanfaatkan oleh perusahaan persusuan untuk mengimpor susu demi mendapat keuntungan yang lebih banyak. Untuk menyikapi kondisi ini pemerintah harus segera bertindak dengan memberlakukan biaya pajak impor yang cukup tinggi sehingga susu dalam negeri tetap bisa bersaing. Padahal kalau kita mendasar data bahwa sampai saat ini susu dlam negeri hanya bisa menyupali kebutuhan 30 % dari kebutuhan Nasional. Apa kita akan selalu tergantung pada pihak luar jika hal ini tidak segera diatasi. Kalo kebijakan pemerintah terus seperti ini kapan bangsa kita bisa berdiri diatas kaki sendiri. Jangankan untuk sekedar berdiri, untuk merangkak saja kita tidak akan bisa. Bagaimana bangsa kita bisa mengejar bangsa-bangsa lain yang sudah berlari kencang?

Nanang Miftahudin



Sumber:
Jerit Peternak Sapi Perah | Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia - Indonesian Veterinarian Community Site | Susu, Ini, Akan, Yang, Untuk

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Penerapan Bioteknologi Reproduksi pada Sapi Perah | Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia - Indonesian Veterinarian Community Site | Sapi, Dan, Yang, Dengan, Adalah

Ditulis Oleh drh. M. Arifin Basyir
Melanjutkan tulisan tentang Bioteknologi Reproduksi, bahwa masih terdapat fenomena mengapa sapi perah produksi tinggi sulit berkembang biak. Beda dengan fenomena 1, 2 dan 3 yang berhubungan dengan sistem hormonal atau endokrinologi reproduksi. Pada fenomena 4 ini berhubungan dengan perubahan beban fisiologis sapi perah sehubungan dengan produksi susu yang tinggi itu. Adapan lebih jelasnya adalah sebagai berikut.


(4). Dalam menjalankan atau menjalani satu siklus reproduksi (satu calving interval) sapi perah. Setelah melahirkan sapi memasuki periode laktasi dan 'days open'. Hari kosong yang lamanya 2 minggu ini uterus mengalami involusi, kembali ke normal mempersiapkan bunting berikutnya. Terdapat 2 beban fisiologis pada periode ini adalah beban fisiologis untuk hidup pokok dan laktasi. Setelah dua bulan sapi harus bunting lagi dan memasuki awal puncak laktasi, sehingga menanggung 3 beban fisiologis, yaitu hidup pokok, puncak laktasi dan bunting.

Memasuki bulan ke 7 kebuntingan sapi dikeringkan (kering kandang selama kira-kira 2 bulan), sehingga beban fisiologis menjadi 2 lagi yaitu hidup pokok dan bunting tua. Artinya selama satu kali siklus reproduksi yang lamanya kira-kira satu tahun, sebagian besar waktu hidup sapi yaitu sekitar 8 bulan harus menanggung 3 beban fisiologis sekaligus yang nota bene sangat berat menuju puncak laktasi dan bunting tua, apalagi sapi perah produksi tinggi.

Konsekuensi dari fenomena ini adalah harus tersedia pakan yang lebih dari cukup (meningkat lebih banyak dari biasanya) dan berimbang secara kwalitatif maupun kwantitatif. Meskipun manajemem mampu memenuhi kebutuhan pakan sesuai dengan perhitungan yang mungkin meningkat 2-3 kali dari biasanya. Perlu diingat bahwa kemampuan sapi menghabiskan pakan tidak sebanding dengan jumlah pakan yang harus dihabiskan pada periode itu. Selain tidak cukup waktu meskipun diberikan secara ad libitum, harus diingat bahwa sapi membutuhkan waktu untuk mengunyah ulang/memamah biak.

Di lain pihak kapasitas perut sapi juga terbatas, apalagi sudah terdapat sisa-sisa serat kasar pakan yang tidak tercerna dan menumpuk memenuhi sebagian rongga rumen sehingga kapasitas makin berkurang. Sebagai akibat adalah sapi mengalami malnutrisi dengan segala akibatnya penyakit defesiensi dan penyakit metabolik. Antara lain ketosis, hipokalsemia atau milk fever dan sejenisnya. Akibat lebih lanjut adalah paresis, paralisis sapi ambruk dengan segala komplikasi yang menyertai, diantaranya anoreksia, kembung, pneumonia
.

Kelihatannya 'aneh' sapi menderita nafsu makan menurun, akibat 'kekurangan' pakan. Tapi begitulah kenyataannya.Sangat sulit mengatasi kondisi semacam ini karena terdapat faktor kausatif yang komplek berakibat komplikasi. Ujung-ujungnya dari kasus ini adalah sapi harus dipotong paksa atau bahkan kedahuluan mati sia-sia.

Dapat disimpulkan bahwa sapi perah produksi tinggi, bukan hanya sulit berkembang biak tapi bahkan sulit untuk mempertahankan hak hidupnya. Karena itu jangan biarkan kasus itu terjadi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Caranya adalah kurangi beban fisiologisnya dengan tidak memberi kesempatan bunting, tetapi tetap mempunyai anak keturunan, berikan status sebagai induk donor (induk genetis, induk biologis) melalui pemberdayaan penerapan bioteknologi reproduksi sebagaimana diuraikan pada tulisan terdahulu. (bersambung...)


Bioteknologi Reproduksi 

Ditulis Oleh drh. M. Arifin Basyir
Rabu, 04 Maret 2009

   
 Terdapat fenomena alam yang juga menjadi tulisan oleh rekan sejawat sbb
1. Pada induk yang sedang laktasi khususnya sapi perah berproduksi tinggi, kadar hormon LTH atau prolaktin yang tinggi dalam darah mendorong terbentuknya corpus luteum (CL) persisten sebagai lanjutan dari CL gravidatum. Keadaan ini menyebabkan hormon progesteron meningkat sehingga tidak tumbuh folikel baru dan tidak diekskresikannya estrogen sehingga terjadi anestrus, dst (Mulianti. My life, myfeeling, my way. Blog Archieve for Juli 2007)
2. Puncak laktasi sangat berhubungan dengan produksi susu dan jumlah produksi susu memiliki hubungan positif dengan peningkatan hormon prolaktin. Kondisi prolaktin yang tinggi menyebabkan suasana progesteron meningkat sehingga estrogen menjadi rendah yang pada akhirnya berpengaruh terhadap aktualisasi estrus, dst (Bambang Hadisutanto. Study on Several Reproductive Performance of various Parities in Days Open Formulation of Fries Holland Dairy Cows. Case in Rural Dairy Farm, Lembang, west Bandung)
Kesimpulan : Dari dua pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa sapi perah produksi tinggi, sangat sulit untuk berkembang biak. dengan perkataan lain selama berproduksi mengalami infertilitas atau sub fertilitas. Sehingga tidak mungkin tercapai calving interval yang normal (kira-kira satu tahun).
3. Sapi perah produksi tinggi sulit berkembang biak juga dapat difahami selain karena proses pembentukan susu atau laktogenesis/milk production tsb diatas juga karena proses pengeluaran susu atau laktoscresis/milk letdown. Pada milk let down berhubungan dengan oksitosin. Logikanya semakin banyak produk susu yang harus dikeluarkan semakin tinggi oksitosin yang dibutuhkan. Di lain fihak oksitosin mempunyai target organ dalam kontraksi uterus. Kontraksi uterus yang intensif karena oksitosin yang tinggi inilah yang menggagalkan implantasi embrio, sehingga sulit bunting atau sulit berkembang biak.
Pada fenomena ke-3 bioteknologi reproduksi mampu mengatasi, sepanjang tidak keburu timbul fenomena 1 dan 2. Dalam arti sapi masih fertil menunjukkan gejala birahi yang baik dan di IB sesuai prosedur sebagaimana mestinya. Adapun caranya adalah sbb. Pada hari ketujuh (hari ke 0 birahi di IB) embrio yang telah jadi (morula, blastosis) dikeluarkan dengan metode flushing. Embrio yang diperoleh selanjutnya ditransfer ke sapi lain (sapi resipien) yang produksi rendah atau sapi potong lokal sekalipun. Sapi produksi tinggi (sapi donor) tidak bunting, tetapi mempunyai anak keturunan yang nota bene juga super genetik dikandung dan dilahirkan oleh sapi resipien. Sehingga sapi donor tidak bunting, tetapi berkembang biak. Lebih dari itu jumlah anak keturunannya menjadi lebih banyak dalam waktu singkat.
Kalau dalam satu siklus birahi (kira-kira 21 hari) diperoleh satu embrio menjadi seekor anak/pedet, maka dalam satu tahun 365 hari dibagi 21 hari dikali satu embrio akan diperoleh kira-kira 18 embrio atau identik 18 ekor pedet. Pada fenomena 1 dan 2 dapat diatasi dengan bioteknologi reproduksi generasi lebih tinggi yaitu kloning. Sementara ini biotekrep kloning belum terkuasai oleh SDM kita. Bahkan lebih dari itu produksi embrio kembar identik melalui spliting juga belum ada tanda-tanda berkembang minimal di institusi terapan/aplikasi ditempat saya bekerja. Saya belum tahu bagaimana kondisi di institusi peneliti dan akademisi dalam mengadopsi inovasi bioteknologi reproduksi ini. Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak rekanrekan sejawat, sudilah kiranya memikirkan hal ini.






drh. M. Arifin Basyir
Ditulis Oleh drh. M. Arifin Basyir
Kamis, 02 April 2009

Setelah kita mengenal beberapa kendala dalam tatalaksana pemeliharaan sapi perah sebagaimana fenomena 1-5 dan bahwa selama ini ternyata terdapat beberapa 'kesalahan' teknis yang tidak kita sadari dalam memahami dan menerapkannya. Antara lain flushing pakan dan masa
kering kandang yang saling bertentatangan sehingga merugikan dan menyiksa sapi perah sebagai 'mitra kerja' kita memproduksi susu. Maka perlu kiranya menata ulang tatalaksana tersebut melalui pemberdayaan bioteknologi reproduksi. Sehingga didapat pola yang ideal dan bahkan menjadikannya sebagai penganeka ragaman (diversifikasi) atau aneka cabang usaha peternakan sapi di Indonesia.

ANEKA USAHA TANI : SAPI PERAH, SAPI POTONG, SAPI BIBIT DAN BIBIT SAPI (BENIH/EMBRIO) DALAM SATU MANAJEMEN.

Melalui pemberdayaan bioteknologi reproduksi, maka usaha ternak sapi meski dalam skala kecil sekalipun dapat sekaligus melakukan aneka cabang usaha. Sebagaimana kita ketahui dalam Quantitatively Indonesian FH Cows Milk Production terdapat 3 kategori/klasifikasi sapi perah, yaitu Foundation Stock/klas A produksi susu >6000 kg atau setara sekitar 20 liter/ekor/hari, Breeding Sock/klas B produksinya 5000-6000 kg atau setara sekitar 16-19 l/ek/hr dan Commercial Stock/klas C produksi 4000-5000 kg setara 13-15 l/ek/hr.

Sapi perah klas A dipakai sebagai penghasil susu dan penghasil embrio mengacu pada flushing embrio tunggal setiap siklus birahi. Sapi ini tidak dibuntingkan untuk mengurangi beban fisiologis dan menghindari kendala fenomena. Produksi susu juga tidak perlu mengacu pada masa laktasi 305 hari, bisa lebih dari itu sepanjang manajemen pakan yang baik dan benar dipatuhi serta tidak usah memperhatikan masa kering karena tidak bunting. Biarkan produksi susu turun secara alami melewati kendala fenomena, baru setelah aman dibuntingkan untuk produksi susu masa laktasi berikutnya.

Sapi perah klas B dipersiapkan untuk membentuk sapi komposit (dibahas episode berikutnya) sebagai induk resipien yang dibuntingkan melalui transfer embrio dari sapi perah klas A dan sapi induk parent stock yang melahirkan sapi potong bakalan komposit final stock (sedang dirintis realisasnya).

Sapi perah klas C sementara belum terbentuk sapi induk komposit, dipakai sebagai induk resipien menerima kebuntingan dari sapi perah klas A. Selanjutnya sapi perah klas C ini diafkir atau dibiarkan punah secara alami, artinya tidak dikembangbiakkan karena tidak ekonomis. Transfer embrio (TE) dari sapi perah klas A pada sapi resipien mengacu pada prosedur embrio segar. Dalam keadaan terpaksa tidak ada resipien yang ideal waktu itu atau terkendala jarak melebihi 12 jam, maka ditempuh prosedur pengawetan dan penyimpanan embrio dingin segar (24-48 jam).

Pembekuan embrio sedapat mungkin dihindari, kalaupun terpaksa ditempuh pembekuan metode cepat (vitrifikasi) atau manual bukan programmable embryo freezing machine (dibahas di episode yang akan datang). Dengan demikian dalam satu unit uaha atau kawasan usaha ternak sapi terdapat aneka cabang usaha yaitu susu segar, bibit sapi perah dan potong, sapi potong bakalan serta benih sapi (embrio) segar maupun beku. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkerjakan tenaga yang betul-betul ahli, yaitu dokter hewan. (bersambung)

drh. M. Arifin Basyir




Sumber:
Penerapan Bioteknologi Reproduksi pada Sapi Perah | Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia - Indonesian Veterinarian Community Site | Sapi, Dan, Yang, Dengan, Adalah

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Tata Laksana Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah | Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia - Indonesian Veterinarian Community Site | Yang, Sapi, Dan, Harus, Masa

Tata Laksana Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah | Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia - Indonesian Veterinarian Community Site | Yang, Sapi, Dan, Harus, Masa






[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Klasifikasi Sapi Perah dan Bioteknologi Reproduksi | Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia - Indonesian Veterinarian Community Site | Sapi, Dan, Perah, Yang, Embrio

Klasifikasi Sapi Perah dan Bioteknologi Reproduksi | Situs Komunitas Dokter Hewan Indonesia - Indonesian Veterinarian Community Site | Sapi, Dan, Perah, Yang, Embrio






[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

GBI Nglegok - Blitar : BETERNAK KAMBING ETAWA (BE)

BETERNAK KAMBING ETAWA

Sejarah Kambing peranakan Etawa (P.E) yang berada di desa Donorejo,Kec Kaligesing,Kab Purworejo
merupakan kambing keturunan Etawa asal negara India yang dibawa oleh penjajah Belanda.

Kambing tersebut kemudian di kawin silangkan dengan kambing lokal di Kaligesing. hingga saat ini kambing Peranakan Etawa dikenal sebagai ras kambing Peranakan Etawa asli Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

Pada saat ini Kambing Peranakan Etawa ini terus dikembangbiakkan. Kambing Peranakan Etawa diminati oleh banyak orang terutama di sekitar Jawa Tengah sehingga kambing ini menyebar pesat ke berbagai wilayah
di Kabupaten Purworejo bahkan hingga ke luar Purworejo seperti ke Kulon Progo, Kendal, Sidoarjo-Jatim,bahkan saat ini telah memasuki pasar dunia termasuk ke Malaysia.

Kambing Peranakan Etawa ini memiliki ciri khas pada bentuk mukanya yang cembung, bertelinga panjang-mengglambir, postur tubuh tinggi (gumla) antara 90-110 cm, bertanduk pendek dan ramping.
Kambing jenis ini mudah berkembang dengan baik di daerah berhawa dingin, seperti daerah sekitar pegunungan atau dataran tinggi .
Kambing jenis ini memiliki badan besar warna bulu beragam, belang putih, merah coklat, bercal, bercak hitam atau kombinasi ketiganya dan pada bagian belakang terdapat bulu yang lebat dan panjang.
Panggemar kambing Peranakan Etawa umumnya sangat menyukai keindahan bulu dan bentuk mukanya.

Karena itu sangat jarang jenis kambing ini dijadikan kambing semblihan (potong) untuk dimakan, mereka lebih memfungsikannya sebagai "klangenan atau piaraan" untuk koleksi.atau Prestige Bahkan konon jaman dulu, bagi yang memiliki kambing Etawa akan terlihat "selera" dan "siapa" orang itu di mata masyarakat.

Saat ini pengembangan terpadu kambing Etawa ditawarkan kepada investor oleh Pemerintah Daerah. Diharapkan tawaran ini mendapat respon positif mengingat potensi pasarnya yang masih belum tergarap optimal.

PERENCANAAN

Hampir setiap usaha peternakan haruslah berorientasi pada
keuntungan agar usaha tersebut bisa berkesinambungan dan tidak terhenti
ditengah jalan.untuk itu kita perlu perencanaan yang sangat matang dengan mempertimbangkan
beberapa aspek yang wajib kita perhatikan dalam usaha peternakan kambing etawa.
Ada empat tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh peternak untuk membuat
usaha peternakan.

a. Persiapan
kegiatan persiapan meliputi penentuan lokasi dan pengurusan
perijinan terutama jika skala usaha usaha relative besar. Lokasi memegang
peranan besar, karena seluruh usaha kegiatan peternakan dipusatkan disini.
Kondisi iklim, seperti suhu lingkungan, curah hujan, arah mata angina, dan
kelembaban, yang menunjang usaha peternakan kambing harus diperhatikan agar
hasil yang diperoleh dapat maksimal. Selain itu, kondisi keamanan lingkungan
serta daya dukung lingkungan terhadap usaha peternakan kambing, misalnya
ketersediaan tenaga kerja (SDM) maupun bibit kandang, perlu diperhatikan secara
matang.

Perijinan dibutuhkan jika usaha yang akan dibangun bersekala
besar. Untuk usaha yang bersekala kecil, agar tidak menimbulkan persoalan
dikemudian hari, sebaiknya meminta ijin dari warga sekitar yang berada di
sekitar kandang ternak. Sebuah survey untuk mengetahui daya serap pasar juga
peru dilakukan agar hasil produksi bisa terjual.rlu juga diperhatikan banyaknya
pesaing dengan jenis usaha yang sama, karena jika hasil usaha yang tinggi dan
daya serap pasar rendah, maka harga produk bisa menurun tajam.

b. pelaksanaan
Pada intinya tahap pelaksanaan merupakan tahapan konstruksi,
yaitu melakukan pembangunan kandang, menyiapkan lahan untuk ditanami hijauan
pakan ternak, serta mempersiapkan berbagai peralatan kandang. Pembangnan
kandang beserta persiapan infrastruktirnya harus disesuaikan dengan jumlah
kambing yang akan dipelihara degan tetap mempertimbangkan kemungkinan
perkembangan usaha. Tujuannya adalah untuk efisiensi penggunaan modal.

Hijauan merupakan unsure pentng yang harus disiapkan karena
kebutuhan kambing akan hijauan tidak bisa di tunda. Sebelum usaha peternakan di
mulai, sebaiknya sudah dilakukan penanaman taneman hijauan, sehinggan
ketersediaannya akan terjamin. Perlu pula diketahui sumber-sumber bahan pakan
local untuk digunakan ssebagai bahan baku pembuatan kosentrat. Hal ini
dilakukan untuk menekan biaya.

c. tahap produksi
Setelah tahapan konstruksi, tahapan produksi sudah bisa
dilaksanakan, yaitu dengan melakukan pembelian kambing, pengeloalaan taneman
hijauan, penggeloaan produksi hingga pasca panen, dan penjualan produk.

d. evaluasi
Sebuah perencanaan usaha yang baik harus mencakup sebuah
target yang akan dicapai dari usaha tersebut. Tujuanya adalah untuk mempermudah
peternak dalam evaluasi, sampai sejauh mana target yang direncanakan sudah
tercapai, mencari berbagai penyebab jika target tidak tercapai, serta melakukan
perbaikan agar target bisa tercapai dan ditingkatkan. Target bisa dibuat dalam
jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (2-5 tahun), dan jangka panjang (di
atas 5 tahun). Target biasanya dibuat dengan parameter ekonomi yang dituangkan
dalam sebuah analisis usaha.


TIPS MEMBELI
KAMBING ETAWA


Sudah barang tentu kita sebagai peternak akan menyiapkan
calon indukan yang bagus dan berkualitas. Tentu saja memiliki harapan
agar anak kambing yang akan di hasilkan, nantinya akan sesuai dengan keinginan
kita. Walaupun nantinya terpaksa tidak sesuai, mungkin hanya sekedar pola
warna kambingnya saja.

Dari sekumpulan pengalaman saya dan para peternak lingkungan
saya, biasanya mengacu beberapa factor yang dapat dijadikan sebagai pedoman
agar kambing yang akan kita beli nantinya dapat menjadi sebagai indukan
yang bagus.

Factor kambing pejantan memang memiliki peranan dominan di
dalam usaha pengembangbiakan kambing etawa.

Pejantan Kambing Etawa umumnya memiliki gen yang sangat
dominan pada anak turunnya, bahkan sampai 60-70%. Selebihnya biasanya mengikuti
gen dari induk betina pada kambing.

Hal-hal dasar yang perlu kita cermati antara lain;

1.Pola Warna Kambing Etawa

Kambing Etawa biasanya memiliki pola warna yang bermacam
macam seperti Putih,Hitam Coklat, sedang kebanyakannya memiliki warna paduan
antara putih hitam atau Coklat putih ,sedang Trend pola warna paling banyak di
gemari saat ini adalah pola dasar badan putih dengan pola warna kepala
hitam legam

2.Pola telinga dan kepala yang bagus

Pola telinga yang bagus adalah telinga yang menjulai ke
bawah, lemas dan panjang. Semakin panjang telinga kambing, berarti semakin
bagus kambing tersebut.

Jenis telinga yang bagus biasanya tidak memiliki pangkal
telinga yang menonjol ke luar, jadi dari samping kepala kambing langsung ke
bawah. Sedangkan Panjang minimal telinga kambing etawa biasanya sekitar 30 cm.

Untuk criteria pola kepala yang bagus, adalah kepala
yang agak jenong mendekati bentuk lingkaran jika dari samping serta
memiliki rahang mulut yang kuat .

3.Pola Tubuh

Kambing harusnya memiliki tulang-tulang yang kokoh dan besar.
Semakin besar tulang pada kambing berarti semakin besar kemungkinan kambing
tersebut untuk dapat tumbuh menjadi kambing yang besar.

Beberapa cara tersebut hanyalah merupakan cara yang mudah
untuk memperkecil resiko jika kita membeli kambing di pasar kambing etawa,

Membeli kambing di pasar juga memiliki banyak kelebihannya,
selain banyak kambing sebagai pembanding, harga yang berlaku di pasar biasanya
tidak setinggi harga kambing yang masih berada di kandang peternak. namun,
berdasarkan pengalaman saya,beberapa kambing etawa yang di pasar biasanya
tidak dapat dipertanggung jawabkan silsilah serta mutunya ,dan Jarang ada
peterna membawa kambing etawa yang berkelas itu ke pasar kambing.

Untuk lebih amannya, saya sarankan apabila calon peternak
ingin membeli kambing untuk diternakan, sebaiknya datang ke peternaknya
langsung. Hal ini akan membuat kita lebih jelas untuk mengamati dan bertanya
tentang metode perawatan serta kebiasaan perawatan ternak.


KANDANG

Dalam melakukan kegiatan beternak kambing etawa tentu akan
muncul persoalan tempat memeliharanya , yaitu kandang kambing.

Sebenarnya kandang kambing etawa secara umum memiliki fungsi
yang serupa dengan rumah atau merupakan tempat untuk tinggal bagi ternak
, jadi bayangkan saja ketika kita menjadi kambing ( hahaha ) tentu kita harus
memiliki keseriusan dan ketelitian agar kandang tersebut menjadi nyaman bagi
kambing yang akan tinggal di dalamnya.

Pada perinsipnya membangun kandang etawa adalah memiliki
tujuan agar kambing etawa nyaman dan bisa bereproduksi secara normal.

dalam membangun kandang kambing etawa hendaknya
memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Kandang Kambing adalah tempat aktifitas kambing ,seperti
makan ,tidur,kencing,minum dan lain sebagainya.

2. Kandang kambing sebagai tempat berlindung dari panas ,
hujan,dan terpaan angin.

3. Kandang kambing sebagai tempat berlindung dari pemangsa
atau hewan penggangu lainya

4. kandang kambing sebagai pencegah liarnya kambing etawa
,atau menghindarkan kambing untuk memakan dan merusak tanaman lain.

5. Kandang kambing sebagai tempat penjagaan dan pengawasan
ternak

Membangun kandang kambing etawa memang agak lain dengan
membangun kandang ternak seperti sapi atau kambing domba ,karena ke unikan
kambing etawa ini terlahir dari sebuah kebiasaan masyarakat di sekitar ternak
itu berasal dari Kec Kaligesing Kab Purworejo.

Tentu melalui proses perkembangan serta uji kelayakan di
lapangan yang cukup lama dan panjang yang dilakukan para peternak di desa kami
hingga kini melahirkan desain yang di sepakati oleh sebagian besar peternak di
lingkungan saya.

Kandang Kambing Etawa biasanya di buat berpanggung dengan
tujuan air kencing dan kotoran bisa jatuh ke bawah melalui sela lantai panggung
( tataban ) karena kotoran dan air kencing akan menganggu kesehatan
ternak jikala bersentuhan langsung dengan kaki kambing.

Lantai bawah panggung biasanya juga merupakan tempat
mengumpulkan kotoran kambing yang bisa di gunakan menjadi pupuk, bahkan
beberapa teman peternak yang sudah maju biasanya membuat lantai ini dengan di
semen dan dibuat kemiringan agar supaya kotoran mudah mengumpul , bahkan ada
juga yang di desain untuk mengumpulkan air kencing kambing yang juga sebagai
pupuk.

Membangun kandang kambing etawa memang sebaiknya tidak
terlalu dekat dengan pemukiman namun jikala terpaksa juga tidak terlalu riskan
karena jika kita rajin membersihkan dan dengan sanitasi kandang yang baik tidak
menimbulkan bau yang menganggu, kebanyakan peternak di lingkungan saya juga
membangun tidak jauh dari rumah, namun jikala anda membangun dengan tujuan
untuk memelihara dalam jumlah banyak tentu harus di perhitungkan lebih matang.

Untuk skala pemeliharaan dalam jumlah kecil di bawah sepuluh
ekor tentu sangat sederhana dan murah ,karena pada perinsipnya se ekor kambing
membutuhkan luas 1,5 m untuk ruang geraknya .

Membangun kandang etawa memang harus di batasi, tentu agar
membatasi ruang gerak yang berlebihan ,karena jika berlebihan gerak kambing
jenis ini akan lama perkembangannya.

Kenapa kandang etawa harus di sekat....? membuat kandang
kambing etawa memang harus di sekat antara kambing satu dengan yang lain
kambing ras etawa biasanya beradu jika di kelompokan lebih dari 2 ekor yang
tidak se induk.dan kambing ini memang harus di pisah dari pejantan ( trus kapan
kawinnya hahaha nanti kita bahas lain postingan )

Membuat kandang kambing etawa haruslah memiliki tempat yang
tidak terlalu banyak angin karena kambing jenis ini mudah kembung atau memiliki
kelemahan tidak tahan terhadap tiupan angin yang terlalu kencang namun harus
memiliki fentilasi yang cukup.

Memperhatikan hal hal tersebut Insya Allah menepis anggapan
kalo beternak etawa itu susah, bahkan tidak sedikit orang mengira bahwa kambing
jenis ini susah di pelihara di daerah datar ( atau non pegunungan ) sebenarnya hanya
karena tidak memahami kemauan dan kebiasaan kambing saja, jika kita memahami
dan mempelajari dengan seksama tentu akan mendapatkan solusi dalam beternak
kambing ini.

Beternak kambing etawa adalah sebuah Infestasi yang nyata dan
tak membutuhkan teori stastistik yang muluk muluk , jika petani dilingkungan
saya bisa tentu anda juga bisa.....


PAKAN DAN CARA
PEMBERIAN


Kali ini saya akan melanjutkan tulisan saya mengenai Kambing
Etawa dan tata cara berternak kambing etawa pada bagian yang terdahulu saya
telah menyampaikan beberapa uraian tentang pendahuluan cara pemilihan bibit
kambing etawa, sebelum saya menceritakan penjualan atau harga kambing Ras Etawa
yang mencapai puluhan juta saya akan menyampaikan macam macam makanan ternak
kambing etawa



MAKANAN

Untuk hal ini kalau di paparkan secara rinci munkin butuh
waktu lebih dalam waktu sehari namun saya akan menyampaikan uraian singkatnya
pada dasarnya Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi
ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan
mineral,( bila di pelajari secara runtut menurut disiplin ilmu peternakan )
mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh.
Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput) dan
makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa,
vitamin dan mineral).

Untuk jenis HMT ( hijauan makanan ternak ) dapat saya sebutkan berdasar pengalaman para peternak yang telah memelihara kambing jenis etawa dan berdasar para nara sumber yang berdasar para petani banyak sekali macam untuk HMT beberapa jenis akan saya sebutkan :

  • Kaliandra 
  • Dadap
  • Glagahan
  • Rumput Gajah
  • Daun Nangka
  • Daun Singkong ( beserta singkongnya )
  • Daun Ketul sapi
  • Jagung Muda beserta pohonnya
  • Daun Sengon ,Mahoni
  • Daun Waru Rengis
  • Daun rereside.
dan beberapa rumput yang namanya asing untuk di sebutkan..

Kemudian untuk beberapa makanan tambahan seperti :
Polar,Bungkil,Gula Jawa,Singkong ,Buah nangka (hijau)kulit kedelai.dll

Cara pemberiannya :

1. Diberikan
2 kali sehari (pagi dan sore),sedang untuk volume kira kira berat rumput
10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 - 2,5 liter per
ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.

2. Untuk
kambing bunting, induk menyusui, dan pejantan yang sering dikawinkan perlu
ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 - 1
kg/ekor/hari.


Bila mungkin anda belum tertarik dan jika anda butuh bukti
kami menunggu kedatangan anda bertandang di wilayah kami anda akan tergiur
mendengar harga kambing betina umur 4 bulan sudah mencapai harga diatas 4 juta
dan mungkin anda akan lebih tercengang bila menyaksikan kisaran harga kambing
ada yang pernah senilai mobil toyota avansa baru mungkin anda sangat di buat
heran tapi datanglah dan saksikan transaksinya di pasar kambing etawa di tanah
kelahiran saya setiap hari sabtu .........

jadi berbagilah kepada insan petani kita nggak bakalan
miskin


PERSALINAN
KAMBING ETAWA

Dalam proses reproduksi dan kelahiran kambing jenis peranakan
etawa memang agak berbeda dengan jenis kambing yang lain , dimana kambing jenis
etawa ini memang membutuhkan perawatan bantuan saat melahirkan,tidak seperti
kambing kambing jenis lainya yang lahir dengan sendiri tanpa memerlukan bantuan
dari manusia.

Kambing Etawa pada saat melahirkan membutuhkan perawatan yang
lumayan rumit , peternak kambing etawa rata rata memiliki keahlian sendiri
dalam merawat cempe saat lahir ,

Pada umumnya perawatan persalinan kambing etawa di lakukan
secara tradisional , para peternak biasanya sudah menghitung dan memperkirakan
tanggal kelahiran,agar saat lahir peternak bisa memberikan persalinan kambing
etawa.

Yang pertama biasanya peternak akan memisahkan dan meletakan
kambing yang siap beranak pada tempat diluar kandang panggung (biasanya di
turunkan ke tanah) sesaat sebelum melahirkan.

Setelah sesaat kambing hendak melahirkan biasanya kambing
sudah mulai enggan berdiri dan kemudian biasanya kemaluan basah dan air ketuban
keluar .

Saat anak kambing etawa keluar yang harus pertama di lakukan
adalah membebaskan anak kambing etawa dari lendir yang biasanya menutup seluruh
tubuhnya termasuk pada kepala kambing yang menghalangi kambing untuk bernafas,
dan memutuskan tali pusat kambing yang terhubung dengan plasenta ,pada umumnya
kambing etawa melahirkan dua anak dalam sekali kelahiran (kembar) dengan jeda
waktu kelahiran rata rata antara 10 menit sampai 30 menit tapi juga ada yang
dalam hitungan beberapa detik disusul kelahiran kedua.

Setelah anak kambing di bersihkan dan di jauhkan dari inuknya
untuk sesaat , pada induk yang sayang terhadap anaknya biasanya akan menjilati
anak kambing etawa tersebut.

Sesaat kira kira 15 menit setelah itu adalah membati
menyusukan anak kambing ke induknya ,karena anak kambing etawa belum bisa
berdiri dan menyusu sendiri ,pada jam jam pertama setelah lahir ,yang perlu di
perhatikan adalah menyusukan saat kolesterum pertama harus di bagikan kedua
anakan kambing tersebut.

nah sekilas pengalaman ini mudah mudahan berarti untuk
tutorial selengkapnya akan saya terbitkan di postingan berikutnya.


SUSU KAMBING
ETAWA

Pada umumnya susu kambing etawa dijual dalam bentuk segar,
namun sebenarnyas usu kambing etawa juga dapat diolah menjadi produk lain
seperti yogurt, keju, karamel . di Kec Kaligesing Kab
Purworejo sudah ada beberapa pengusaha yang menajadi pionir dalam pengolahan susu Kambing Etawa ini ,walaupun belum dalam sekala yang besar , dan
pada umumnya masyarakat di lingkungan ternak kambing ini berasal memang belum
mengoptimalkan hasil produksi susu kambing etawa ini,Kebanyakan para peternak
masih mengarah pada pembibitan kambing etawa atau sebagai penghasil bibit
kambing .belum mengarah pada prospek bisnis kambing etawa yang
lain

Sebenarnya jika kita perhatikan dan memiliki pengetahuan
dasar yang kadang di berikan para pakar peternakan dan para peneliti yang
berkunjung di daerah ini menunjang sekali untuk lebih instensif mengolah hasil
susu kambing etawa ini ,sebab menurut para ahli menerangkan bahwa susu
kambing etawa ini memiliki kesetaraan paling dekat dengan ASI

Butiran lemak susu kambing etawa berukuran
antara 1-10 milimikron sama dengan susu sapi, tetapi jumlah butiran lemak yang
berdiameter kecil dan homogen lebih banyak terdapat pada susu kambing sehingga
susu kambing lebih mudah dicerna alat pencernaan manusia, susu kambing etawa
tidak akan menimbulkan diare pada orang yang mengkonsumsinya.

Susu kambing segar etawa ini juga
tidak memiliki kandungan karoten, sehingga warna susu kambing lebih putih
daripada susu sapi.,sedangkan menurut para ahli kesehatan ,susu kambing atawa
ini memiliki kasiat antara lain sebagai berikut

Terapi untuk penyakit TBC,Mampu mengontrol kadar
kolesterol dalam darah,Meningkatkan kesehatan kulit wajah,Membantu memulihkan
kondisi orang yang baru sembuh dari sakit,Kandungan gizi susu kambing dapat
meningkatkan pertumbuhan bayi dan anak-anak serta membantu keseimbangan proses
metabolisme tubuh, mendukung pertumbuhan tulang dan gigi, membantu pembentukan
sel darah merah dan jaringan tubuh. untuk mengembalikan zat besi setelah haid,
kekurangan darah (anemia), kehamilan serta pendarahan setelah melahirkan.
Kandungan mineralnya memperlambat proses osteoporosis.

Nah ini hanya sebagian kecil dari manfaat susu kambing etawa
sedangakan manfaat yang lain memang masih terus di kembangkan oleh para ahli
kesehatan yang juga berdasar pada teori dan pengalaman


PERAWATAN ANAK
KAMBING

Usia kehamilan Kambing Etawa biasanya berkisar antara 150
hari, kemudian biasanya anak kambing etawa atau biasa disebut cempe akan
lahir.Saat kelahiran Kambing Etawa memang memerlukan perawatan dan penanganan
lumayan serius agar cempe bisa selamat .

Apabila hari perkiraan kelahiran kambing etawa sudah dekat,
ada beberapa hal yang harus dipersiapkan,antara lain adalah ,handuk/kain
kering, betadine, kelapa muda, telur ayam kampung, madu

Sedangkan HPL (hari perkiraan lahir) kambing etawa biasanya
dihitung 150 hari setelah kambing itu dikawinkan.sedangkan factor kesalahan
biasanya tidak akan lebih dari 2-3 hari. Bisa maju 2-3 hari atau bisa mundur
2-3 hari.

Kambing Etawa yang akan melahirkan lebih baik di pisahkan
dengan kambing yang lain hal ini bertujuan untuk menghindarkan agar anak
yang akan lahir nanti tidak terinjak oleh kambing yang lain .

Sesaat setelah anak kambing etawa lahir, kemudian segera
diangkat dan disisihkan dari induknya.hal ini bertujuan untuk menghindari cempe
terinjak atau tertindih oleh induk sendiri, karena induk yang melahirkan kadang
suka berjalan,Anak kambing etawa atau cempe yang baru lahir kondisinya sangat
rawan dan lemah,

Anak kambing etawa yang baru lahir kemudian di
bersihkan dengan kain kering atau handuk, terutama pada bagian muka/hidung,
karena anak kambing yang baru saja keluar biasanya hidungnya terganggu/tertutup
oleh lendir, yang bisa menganggu atau mempersulit anak kambing untuk bernafas.

Anak kambing etawa yang sudah kering, biasanya kemudian
disiram dengan air kelapa muda., dengan tujuan agar bersih dari kotoran dan
agar induknya bersemangat untuk menjilati anak yang baru lahir ,

Waktu normal yang dibutuhka untuk berdiri cempe biasanya
tidak lebih dari 2 jam. Anak kambing etawa bisanya memiliki waktu normal
sekitar 2 jam untuk bisa berdiri sendiri

Biasanya cempe pada awal-awal menyusui akan merasa kesulitan
dalam mencari putting susu induk hal ini mengharuskan kita membantu anak
kambing tersebut menyusu ke induknya, pada umum nya memerlukan waktu selama 3
hari untuk anak kambing etawa untuk benar-benar bisa berdiri sendiri
dengan tegak dan menyusu pada induknya.

Setelah anak kambing bener-benar kuat, biarkan selama 24 jam
dalam seminggu dicampur cempe dengan induk, agar masa susu kolostrum induk
benar-benar habis. Kalau susu kolostrum pada induk sudah habis, setelah itu
anak kambing etawa di pisahkan kembali dengan induk agar anak kambing etawa
hanya menyusu induknya 2 kali sehari hal ini bertujuan saat anak kambing etawa akan
menyusu ke induk, posisi ambing sudah benar-benar penuh dan anak kambing
etawa akan minum susu induknya sampai benar-benar kenyang

Nah ini adalah perawatan awal untuk anak kambing etawa yang
baru lahir


Analisa
Hasil Usaha

1. Masa produktif kambing betina dan pejantan adalah 5
tahun. Pembelian kambing etawa adalah kambing yang tergolong dara atau kambing
yang siap untuk beranak. Jadi waktu penantian peternak tidak terlalu lama.

2. Waktu pemeliharaan adalah 5 tahun.

3. Upah tenaga kerja atau gaji berdasar hitungan apabila
kita membeli pakan ternak

4. Induk dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun. Dan dalam
sekali beranak dihitung rata-rata 2 ekor per kelahiran. Kelahiran 1 dan 3 ekor
per kelahiran diabaikan.

5. Jumlah cempe yang akan di hasilkan selama 5 tahun adalah
: 15 ekor x 22 induk = 330 ekor cempe.

6. Angka kematian 10%, sehingga diperkirakan kematian
maksimal adalah sebanyak 33 ekor.

7. 1 (satu) ekor kambing etawa diperkirakan menghasilkan 7,5
kg pupuk kandang per bulan. Kotoran dari cempe di kesampingkan. Asumsi harga
pupuk kandang di pasaran jogjakarta Rp. 200/kg.

8. 1 (satu) ekor kambing etawa diperkirakan dapat
menghasilkan urine sebanyak 30 liter per bulan, dengan asumsi harga urine di
pasaran Rp.1500/liter.

9. Harga cempe mengacu pada kriteria kambing standart yang
terjadi di pasaran kaligesing, Jogjakarta. Harga cempe kepala hitam istimewa
dikesampingkan. Karena harga tersebut tidak dapat dijadikan acuan dalam
perhitungan ini. Harga patokan di ambil kisaran bulan juli 2007.

10. Hasil analisa ini masih belum memperhitungkan hasil
penjualan susu pada saat induk kambing etawa bisa di perah selama masa menyusui
.

Analisa ini hanya berdasar pengalaman yang saya terapkan
dilingkungan peternak Desa Donorejo ,Kec Kaligesing,Kab Purworejo

A. INVESTASI TETAP

# Kambing betina 22 ekor @ Rp. 4.000.000

22 ekor x Rp. 4.000.000

= Rp. 88.000.000

# Kambing jantan 2 ekor @ Rp. 3.500.000

2 ekor x Rp. 3.500.000

= Rp. 7.000.000

# Kandang 4 unit @ Rp. 5.000.000

4 unit x Rp. 5.000.000

= Rp. 20.000.000

# Peralatan kandang Rp. 500.000

Total investasi tetap:

Rp. 88.000.000 + Rp. 7.000.000 + Rp. 20.000.000 + Rp.
500.000

= Rp. 115.500.000

B. BIAYA PRODUKSI

# Biaya pemeliharaan kambing induk (24 ekor)

- Gaji karyawan

Rp. 1.400.000 : 30 hari 24 ekor

= Rp. 2000/ekor/hari

Total biaya pemeliharaan induk per 5 tahun adalah

Rp. 2.000 x 5 tahun x 12 bulan x 24 ekor x 30 hari

= Rp. 86.400.000


C. PROYEKSI PENDAPATAN

# Penjualan cempe

300 ekor x Rp. 1.500.000

= Rp. 450.000.000

# Penjualan induk afkir

24 ekor x Rp. 1.500.000

= Rp. 36.000.000

# Penjualan pupuk kandang

7,5 kg x 12 bulan x 5 tahun x Rp. 200 x 24 ekor

= Rp. 2.160.000

# Penjualan urine

30 liter x 12 bulan x 5 tahun x Rp. 1500 x 24 ekor

= Rp. 64.800.000

D. REKAPITULASI PENDAPATAN

1. Biaya-biaya:

- Biaya investasi Rp. 115.500.000

- Biaya pemeliharaan selama 5 tahun Rp. 86.400.000

Tatal biaya Rp. 201.900.000

2. Pendapatan;

- Penjualan cempe Rp. 450.000.000

- Penjualan induk afkir Rp. 36.000.000

- Penjualan pupuk kandang Rp. 2.160.000

- Penjalan urine Rp. 64.800.000

Total pendapatan Rp. 552.960.000

Keuntungan yang bisa diperoleh adalah sbb:

Rp. 552.960.000 - Rp. 201.900.000

= Rp. 351.060.000

Penghasilan per bulan

Rp. 351.060.000: 5 tahun : 12 bulan

= Rp. 5.851.000

Dengan 22 ekor betina kita per bulan mendapatkan penghasilan
sebesar Rp. 6.211.00 Estimasi keuntungan tersebut belum termasuk kalau hasil
cempe yang di keluarkan berkualitas super. Karena pada dasarnya harga cempe
yang bener-bener super itu tidak ada batasannya. sebagai gambaran, penulis
pernah menjual cempe jantan umur 3 bulan dengan harga 7,5 juta seekor.

Dan estimasi ini termasuk kalo kita asumsikan membeli pakan
sendiri satu ekor kambing dengan harga Rp 1,500/ ekor perhari walaupun pada
kenyataanya saya sendiri untuk biaya pakan ternak hanya membutuhkan uang Rp
20.000.jadi barometer penghasilan tersebut di atas adalah harga yang paling
bawah (rp.1,5jt)


GBI Nglegok - Blitar : BETERNAK KAMBING ETAWA (BE)

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

BETERNAK KAMBING ETAWA (BE)




Sumber:
GBI Nglegok - Blitar : BETERNAK KAMBING ETAWA (BE)

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Peningkatan Daya Saing Persusuan Nasional Melalui Revolusi Putih

UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING PERSUSUAN NASIONAL
MELALUI GERAKAN REVOLUSI PUTIH


Oleh : Teguh Boediyana
  1. Usaha peternakan sapi perah khususnya dan persusuan nasional umumnya tidaklah dapat diabaikan perannya dalam kehidupan bangsa Indonesia, karena mempunyai dimensi yang cukup luas. Pada satu sisi, usaha peternakan sapi perah dan persusuan nasional dapat merupakan salah satu sarana untuk mencegah terjadinya lost generation dari bangsa kita (khususnya bagi generasi muda) akibat kekurangan asupan protein. Sangat memprihatinkan bahwa berdasarkan data UNDP, setelah diukur dengan HDI, bangsa Indonesia menduduki peringkat ke 110 dan berada di bawah Vietnam. Pada sisi lain usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha di bidang pertanian yang besar perannya dalam menopang perekonomian nasional dan sebagai penyedia lapangan kerja.
  2. Beberapa kondisi faktual yang berkaitan dengan peternakan sapi perah di tanah air kita antara lain :
  • Susu segar dihasilkan para peternak sapi perah di sentra-sentra produksi seperti di Jawa Timur (Pasuruan, Malang, Blitar, Mojokerto, Probolinggo, Kediri, dsb), Jawa Tengah (Boyolali, Klaten, Salatiga, Purwokerto), Jogjakarta, Jawa Barat (Kabupaten Garut, Bandung, Bogor, Sukabumi, Sumedang, dsb) dan DKI Jakarta. Secara keseluruhan produksi susu segar dari sentra produksi tersebut sekitar 1,2 juta liter/hari senilai sekitar Rp. 3 Milyar/hari atau sekitar Rp. 1,1 Triliun per tahun. Dengan adanya putaran uang sebesar tersebut telah mampu menggerakkan perekonomian di pedesaan di sentra produksi dan sekitarnya termasuk dalam hal penyerapan tenaga kerja.
  • Terdapat sekitar 300.000 sapi perah (yang diyakini memiliki potensi genetik yang cukup bagus) yang dipelihara oleh sekitar 100 ribu peternak sapi perah dengan tingkat pemilikan sapi perah sekitar rata-rata 2 – 4 ekor yang tersebar di sentra produksi tersebut diatas.
  • Susu segar yang dihasilkan para peternak hampir 95 % dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu dan digunakan sebagai bahan baku industri mereka. IPS yang membeli susu segar sebagai bahan baku antara lain : P.T Nestle dan P.T Green Field di Jawa Timur (menyerap sekitar 550 ton/hari), dan  P.T Frieshe Vlag Indonesia, P.T Indomilk, P.T Ultra Jaya, P.T Indolakto,. P.T Sari Husada, yang  menyerap sekitar 500 ton per hari.
  • Setelah ditandatanganinya LOI antara IMF dan Pemerintah Indonesia , maka kebijakan proteksi penyerapan susu  segar oleh IPS dan perlindungan harga dihapuskan. Dengan demikian sekarang ini pemasaran susu ke IPS tanpa perlindungan peraturan perundangan dan menempatkan peternak sapi ataupun koperasi pada posisi tawar yang lemah. Dari segi ini saat ini peternak menerima pembayaran susu yang  tidak seimbang dengan biaya produksi. Faktor inilah yang antara lain menyebabkan terjadinya kondisi stagnant produksi susu segar dalam negeri karena iklimnya kurang kondusif bagi peternak. Sebelum bulan Mei 2007, peternak hanya menerima sekitar Rp. 1600,-/liter – Rp. 1.700,- dengan kualitas standard 12 % Total Solid ). Padahal harga susu setara 1 liter susu segar dipasar mencapai angka diatas Rp. 7.000,- (antara Rp. 7.000 - Rp. 15.000). Tiga bulan terakhir ini terdapat kenaikan harga jual susu segar. Dengan kualitas 12,5 % TS dan TPC dibawah 1 juta, di Jawa Timur harga  Rp 2700, sedangkan di Jawa Barat harga sekitar Rp. 3100,-
  • Produksi susu segar dalam negeri diperkirakan andil sekitar 25 % dari kebutuhan susu nasional (dengan tingkat konsumsi sekitar 6 liter/kapita/ tahun). Dengan demikian, kebutuhan susu nasional sebagian terbesar masih dipenuhi dari susu impor baik sebagai bahan baku ataupun sebagai produk olahan (finished products).
3. Kondisi faktual ditinjau dari aspek konsumsi susu bangsa Indonesia yang menjadi kunci dalam pemasaran susu yang dihasilkan para peternak adalah sebagai beikut :
  • Berdasarkan data yang ada di BPS yang bersumber dari Departemen Pertanian, saat ini konsumsi susu per akpita bangsa Indonesia masih sekitar 6 Liter/kapita/tahun. Angka ini sangat rendah dibandingkan dengan  negara kita seperti Malaysia yang sudah mencapai diatas 20 Liter/tahun, India  sekitar 45 liter (target 88 liter per kapita/tahun ), Vietnam diatas 10 liter. Terlebih negara maju yang umumnya diatas 100 liter/kapita per tahun. Dengan data angka ini menunjukkan betapa rendahnya konsumsi protein hewani yang berasal dari susu dari bangsa kita.
  • Disamping masih rendahnya angka konsumsi per kapita/tahun, apabila ditelusuri ternyata bahwa hampir 80 persen susu yang dipasok (sekitar setara 4 juta liter setara susu segar per hari) dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan khususnya masyarakat menengah ke atas.  Dengan demikian terjadi kesenjangan yang sangat besar antara masyarakat kota dan pedesaan serta tingkat pendapatan rendah dan tinggi. Apabila dikaji lebih mendalam, konsumsi riil susu dari keluarga yang mampu mungkin di atas 50 liter/kapita/tahun.
  • Dapat dipahami apabila masyarakat bawah tidak mampu membeli susu yang umumnya berasal dari Industri Pengolahan Susu berupa berbagai produk susu seperti susu cair sterilisasi, susu bubuk, susu kental manis dsb karena harganya yang sangat tinggi. Rata-rata harga susu di pasaran per liter setara susu segar adalah diatas Rp. 8.000,- Untuk susu cair steril harga setara susu segar saat ini mencapai sekitar Rp. 10.000. Bangsa kita harus menggunakan jumlah uang yang sama dengan bangsa lain di negara maju untuk mengkonsumsi 1 (satu) liter susu. Padahal tingkat pendapatan sangat jauh berbeda. Oleh karena itu, dipastikan bahwa yang mampu mengkonsumsi susu di negara kita adalah masyarakat berpendapatan tinggi.
4. Kondisi faktual lain berkaitan dengan usaha sapi perah di tanah air adalah keberadaan badan usaha koperasi yang menjadi wadah dari peternak sapi perah. Beberapa catatan tentang koperasi susu yang ada adalah sebagai beikut :
  • Terdapat sekitar 90 koperasi susu primer yang ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, DKI Jakarta, dan Jawa Timur. Selain koperasi primer (dimana beranggotakan para peternak), terdapat koperasi sekunder di masing-masing propinsi, dan 1 (satu) Koperasi sekunder tingkat nasional.
  • Fungsi utama koperasi susu adalah melayani anggota dalam mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Pelayanan yang diberikan koperasi antara lain penyediaan pakan sapi, pelayanan kesehatan dan reproduksi sapi, pemasaran. Untuk kegiatan pemasaran inilah yang sebagaim kunci peran koperasi karena susu yang mudah rudak. Koperasi susu umumnya telah memiliki peralatan untuk pengawetan susu berupa  cooling unit, tanki susu, sarana penampungan susu  dsb yang keseluruhannya membutuhkan perawatan khusus dan teknologi.
  • Dari koperasi yang ada, sebagian telah memiliki mesin untuk memproses susu menjadi susu pasteurisasi, susu cair steril, yoghurt. Di Jawa Timur dan Jawa Barat sebagian kecil koperasi primer memproses susu pasteurisasi dan dipasarkan langsung ke konsumen. Sedangkan koperasi sekundernya yaitu GKSI dan PKIS telah memiliki processing plant untuk memproduksi susu kental manis, susu cair steril, yoghurt.
5. Peran Pemerintah dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah rakyat sebenarnya sangatlah besar. Namun demikian berdasarkan pengamatan  selama ini diperoleh suatu indikasi sebagai berikut :
  • Sejak adanya LOI IMF di akhir tahun 1997, perhatian pemerintah terhadap peternakan sapi perah sangat kurang. Padahal di sisi lain , peran pemerintah sangat dibutuhkan khususnya dari aspek teknis untuk meningkatkan produktivitas usaha peternakan sapi perah antara lain untuk mengurangi akibat penyakit mastitis, brucelossis, dsb.
  • Pemerintah tetap merupakan suatu modal yang sangat besar untuk mendukung terwujudnya iklim yang kondusif bagi  usaha peternakan sapi perah karena  melalui Pemerintah inilah dimungkinkan fasilitas, anggaran, serta berbagai dukungan lainnya. Dalam konteks ini , pemerintah tidak hanya Departemen Pertanian tetapi juga Departemen atau kementrian atau Lembaga Non Departemen , yang dapat menjadi penyangga program. Misal Departemen Dalam Negeri dalam rangka pemanfaatan dana makanan ekstra untuk anak sekolah, Departemen Pendidikan dalam hal yang sama dan penyuluhan  ke sekolah-sekolah tentang pentingnya minum susu, Departemen Perindustrian membantu dalam penyediaan fasilitas untuk prosesing susu dan sarana pemasarannya dsb.
6.  Kita masih melihat bahwa peluang usaha peternakan sapi perah di dalam negeri sangat prospektif  dengan beberapa indikator :
  • Saat ini dengan kemampuan pasok susu segar hanya 25 % dari kebutuhan susu nasional. Ini mengindikasikan bahwa terdapat suatu peluang yang sangat besar untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah baik di sentra produksi yang telah ada maupun di daerah lain yang potensial untuk dikembangkan. Diyakini bahwa tingkat kebutuhan susu nasional akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya kesadaran gizi masyarakat. Ini berarti terdapat peluang usaha yang besar.
  • Suatu kenyataan bahwa harga susu segar sebagai bahan baku IPS di dalam negeri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga bahan baku susu impor setara susu segar. Saat ini harga bahan baku susu impor setara 1 (satu) liter susu segar adalah sekitar Rp.4000 - Rp. 4500  Sedangkan peternak dengan tingkat harga Rp. 3000,-/liter sudah memperoleh marjin yang cukup untuk kehidupan mereka. Adanya  disparitas harga tersebut mengindikasikan bahwa peluang pengembangan usaha dalam peternakan sapi perah sangat besar dan terdapat daya saing yang cukup besar. Terlebih apabila subsidi pertanian di negara maju dihapuskan. Ini akan mengarah semakin tingginya harga susu impor.
  • Kenaikan harga susu secara drastis di pasar dunia pada 6 bulan terakhir  selaras dengan semakin meningkatnya permintaan akan semakin memperkuat daya saing susu segar dalam negeri. Data terakhir menunjukkan bahwa harga susu bubuk fullcream mencapai harga sekitar US $ 4025/Ton.
  • Sumberdaya alam Indonesia sebagai penyedia bahan pakan sapi perah sangat besar. Hasil sisa pertanian baik dari pertanian tradisionil maupun   perkebunan besar merupakan sumber pakan yang sangat potensial bagi usaha peternakan sapi perah rakyat. Sangat terbuka peluang areal tanah yang luas di luar Jawa sebagai penyedia pakan hijauan untyuk memenuhi kebutuhan di sentra produksi susu di Jawa.
  • Program dan anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk tambahan kualitas makanan untuk murid Sekolah Dasar sebagai suatu peluang yang besar untuk memacu program pemasaran bagi susu segar yang dihasilkan peternak sapi perah.
  • Pasar susu bagi masyarkat menengah ke bawah masih sangat potensial dan samasekali belum digarap secara intensif. Dalam rangka mencegah terjadinya lost generation dari bangsa kita dapat dilakukan..
7.  Sampai saat ini kita melihat bahwa usaha peternakan sapi perah rakyat dapat dikatakan stagnan yang terlihat bahwa selama sepuluh tahun terakhir ini produksi susu segar relatif stabil dalam kisaran sekitar 1, 2 juta liter per hari. Pada sisi lain kita melihat bahwa peluang untuk pengembangan usaha sapi perah sangat besar. Adanya pemodal besar yang mengembangkan usaha sapi eprah dalam skala  besar menunjukkan bahwa sebenarnya usaha sapi perah prospektif. Terdapat beberapa sebab mengapa terjadi kondisi yang stagnan dalam produksi susu segar yang dihasilkan para peternak sapi perah antara lain :
  • Tidak efisiennya usaha peternakan sapi perah rakyat. Faktor utama inefisiensi adalah skala pemilikan sapi perah yang terlalu kecil sehingga usaha sapi perah lebih banyak sebagai usaha sambilan dan bukan sebagai kegiatan utama dimana peternak dapat konsentrasi pada usaha tersebut.
  • Tingkat harga susu segar di tingkat peternak yang tidak seimbang dengan biaya produksi karena naiknya harga bahan baku pakan ternak yang tidak seimbang dengan kenaikan harga jual susu. Tidak adanya faktor insentif dan ditambah dengan skala pemilikan yang masih sangat rendah maka permasalahan semakin komplek yang bermuara peternak sapi perah tidak dapat menghasilkan susu yang berkualitas.
  • Suatu kenyataan bahwa belum seluruh peternak sapi perah menyadari pentingnya menjaga kebersihan dalam menangani susu mulai dari proses pemerahan sapi. Sebagai akibat kurangnya kesadaran tentang milk hygiene ini maka kandungan bakteri dalam susu sangat tinggi. Ini berpengaruh terhadap kualitas susu dan harga susu yang diterima.  Dalam hal ini Propinsi Jawa Timur telah maju beberapa langkah sehingga sebagian terbesar susu segar yang dihasilkan telah memiliki kualitas yang tinggi termasuk TPC yang umumnya dibawah 1 juta/ml.
  • Semakin terbatasnya akses untuk memperoleh sumber pendanaan  dengan tingkat bunga yang rendah untuk mengmbangkan usaha. Peternak tidak akan mampu menggunakan dana bank dengan ketentuan yang berlaku sekarang ini guna pengembangan usaha. Selain terkendala faktor kolateral, peternak umumnya juga terkendala pada aspek tingginya suku bunga dan kebijakan uang ketat dari bank yang ada.
8.  Didasarkan kepada dimensi persusuan nasional, dan memperhatikan berbagai kondisi faktual serta adanya peluang untuk untuk mengembangkan persusuan nasional, diperlukan langkah berani dan cepat (dalam bahasa yang retorik melakukan revolusi) dengan tujuan besar : pertama, penyediaan susu sebagai sumber protein bagi generasi muda dari kalangan masyarakat bawah untuk mencegah adanya revolusi putih. Kedua, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para peternak sapi perah. Ketiga, mengurangi ketergantungan kebutuhan susu dari susu impor.
Langkah untuk revolusi putih tersebut dilakukan dengan memberdayakan modal dasar yang telah ada. Modal dasar yang ada antara lain :
  • Populasi sapi perah yang jumlahnya sekitar 300 ribu ekor dengan potensi genetik yang bagus.
  • Jumlah peternak sapi perah yang berpengalaman yang jumlahnya mencapai 100 ribu orang.
  • Adanya wadah bagi peternak baik yang berbentuk badan usaha koperasi ataupun kelompok peternak.
  • Komitmen dan peran institusi Pemerintah untuk menjalankan peran masing-masing menunjang revolusi putih.
  • Adanya peluang-peluang termasuk antara lain masih terbatasnya produksi susu segar dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan susu nasional.
9. Untuk mewujudkan revolusi tersebut, pendekatan berupa grand strategy yang perlu dilakukan adalah :
Pertama, menyamakan persepsi tentang revolusi putih dari seluruh pemangku kepentingan atas dimensi, peran, serta tujuan revolusi putih.
Kedua, gerakan revolusi putih harus menjadi suatu keputusan politik dari pemerintah (termasuk lembaga legislatif) dengan segala konsekuensinya.
Ketiga, memberdayakan secara optimal semua modal dasar untuk mewujudkan revolusi putih .
Keempat, perlu disusun suatu konsep yang komprehensif yang dapat menjadi acuan bagi pihak yang bersangkutan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.
Kelima, pemenuhan kebutuhan susu dalam rangka mencegah terjadinya lost generation di kalangan masyarakat bawah menjadi suatu prioritas.
Keenam, membangun/membentuk institusi berskala nasional yang terdiri dari berbagai unsur baik pemerintah maupun non pemerintah dan berperan dalam menyusun rancangan kebijakan dan sekaligus sebagai dirigen untuk menunjang kerberhasilan revolusi putih.
Keenam, memperjuangkan sumber pendanaan baik berupa kredit (dengan tingkat bunga yang sesuai dengan feasibilitas) dan dana penunjang lainnya sesuai dengan tahapan kebutuhan.  
10. Secara lebih teknis, dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi perah,  yang sebagian terbesar adalah peternak kecil dengan berbagai keterbatasan yang mereka miliki, antara lain dengan pendekatan :
Pertama, meningkatkan efisiensi usaha peternak melalui :
  • Meningkatkan skala usaha peternakan sapi perah yang mereka miliki pada tingkat ideal sebagai suatu usaha keluarga dan dapat menjadi sumber pendapatan.
  • Meningkatkan kemampuan teknis para peternak  agar potensi genetis yang ada dalam sapi yang mereka miliki dapat dioptimalisasi.
Kedua, mendorong peternak sapi perah untuk melakukan sinergi dalam organisasi yang mempunyai legitimasi yang kuat untuk mengembangkan usaha.
Ketiga, mengoptimalkan wadah koperasi susu yang sudah ada dimana peternak berada, baik koperasi primer maupun sekunder, antara lain :
  • Melakukan efisiensi secara optimal dan membangun unggulan di setiap segmen kegiatan agribisnis sapi perah.Termasuk dalam hal ini dalam  melakukan diversifikasi usaha dengan mengupayakan adanya nilai tambah atas  susu segar yang dihasilkan anggotanya antara lain dengan pemasaran langsung ke konsumen dalam berbagai bentuk produk susu seperti susu pasteurisasi, yoghurt, dsb. (kita melihat hal ini sudah banyak dilakukan tetapi belum pada tingkat maksimal).
  • Maksimalisasi efisiensi dalam segala bentuk pelayanan kepada anggota baik dalam rangka peningkatan produksi, pemasaran susu , peningkatan kualitas susu maupun pelayanan penunjang lainnya sepeti produksi pakan, pelayanan insmeinasi buatan, dsb.
  • Perjuangan untuk melakukan pendekatan dengan IPS sebagai pasar utama agar selalu dilakukan penyesuaian harga susu selaras dengan perkembangan harga pasar, dan tercipta suatu kemitraan yang benar-benar saling menguntungkan dan membutuhkan.
  • Penyediaan complete feed yang berkualitas bagi anggotanya secara kontinyu sebagai salah satu kegiatan di segmen penyediaan farm input.
Keempat, mendorong dan memberikan ketrampilan peternak untuk memanfaatkan berbagai peluang yang timbul dari usaha peternakan yang mereka miliki antara lain :
  • Memproduksi pupuk kandang berkualitas dengan penggunaan bioteknologi.
  • Mengembangkan usaha pemeliharaan pedet secara lebih baik dalam rangka penyiapan induk-induk pengganti.
  • Melakukan pemasaran ke konsumen langsung dengan membangun  kepercayaan konsumen.
11. Secara garis besar model  pengembangan usaha agribisnis sapi perah untuk meningkatkan pendapatan peternak bertumpu pada unsur : Pertama, efisiensi di setiap segmen kegiatan agribisnis (hulu, penyediaan farm input sampai dengan pengolahan/pemasaran ). Kedua,  membangun unggulan pada setiap kegiatan di setiap segmen agribisnis. Ketiga, adanya sinergi melalui suatu institusi yang memiliki legalitas yang jelas dalam menjalankan aktivitasnya.
12. Dalam konteks mengembangkan usaha peternakan sapi perah rakyat dan mengatasi permasalahan yang mereka hadapi tampaknya belum dapat sepenuhnya diserahkan kepada kemampuan mereka sendiri. Masih dibutuhkan  peran dari pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk memikirkan para peternak sapi perah agar mereka dapat hidup secara lebih layak melalui usaha yang mereka tekuni. Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mendorong usaha peternakan sapi perah rakyat oleh Pemerintah antara lain adalah :
  • Berbagai institusi yang terkait di pemerintah harus memiliki persepsi yang sama tentang peran dan pentingnya pengembangan peternakan sapi perah rakyat di tanah air ini antara lain sebagai instrumen untuk penyediaan lapangan kerja, mengurangi impor susu, mencerdaskan anak bangsa, dsb.
  • Pemerintah harus secara konsekuen mengalokasikan dana yang cukup agar peternak dapat memperoleh kesempatan meningkatkan skala pemilikan sapi mereka. Subsidi bunga dapat menjadi salah satu alternatif.
  • Pemerintah harus secara terus menerus dan intensif melakukan program untuk mendorong kesadaran minum susu segar.
  • Pemerintah perlu meningkatkan pelayanan teknis terutama pelayanan untuk mengatasi masalah penyakit mastitis dan penyakit hewan lainnya.
  • Pemerintah perlu melakukan upaya untuk mempercepat peningkatan populasi sapi perah di tanah air baik dengan potensi populasi yang ada ataupun dengan impor bibit sapi.
  • Membantu organisasi koperasi atau kelompok tani dalam penyediaan peralatan yang dapat membantu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas susu antara lain mesin pemerah susu yang portable, peralatan penanganan susu dan peralatan untuk pendinginan susu. Untuk mengurangi jumlah bakteri dalam susu.
  • Daerah luar Jawa harus mendapatkan perhatian untuk pengembangan usaha paternakan sapi perah khususnya selain dalam rangka penyediaan susu segar bagi masyarakat juga sekaligus memberdayakan potensi yang ada termasuk pemberdayaan SDM. Pola pengembangan di luar Jawa harus digunakan pendekatan secara terpadu mulai hulu sampai hilir dalam skala yang sesuai dengan perkiraan kemampuan pasar. Pada tahap awal dan jangka waktu tertentu pemerintah daerah harus mengalokasikan dana untuk menyerap susu segar yang telah diolah dan siap diminum dengan tingkat harga yang layak.
  • Harus ada kesamaan tekad dan persepsi dari lembaga legislatif yang dimanifestasikan dalam dukungan dan keputusan politik. Keputusan dan dukungan politik harus tercermin dalam bentuk dukungan anggaran dalam APBN serta berbagai peraturan perundangan yang mengarah pada terciptanya iklim yang kondusif.  
13. Kita yakin bahwa masa depan usaha peternakan sapi perah di tanah air akan sangat cerah. Peluang yang tersebut diatas dapat menjadi pegangan kita untuk melangkah dengan  pasti menyongsong masa depan usaha peternakan sapi perah. Bahkan peluang yang ada dalam usaha peternakan sapi perah ke depan ini tidak lagi menjadi lahan bagi peternak kecil dengan skala yang kecil dan pendekatan usaha tani, tetapi akan pula dimanfaatkan pemodal besar. Oleh karena itu upaya dari semua pihak, terutama Pemerintah, untuk mendorong usaha peternakan sapi perah rakyat dalam kerangka revolusi putih ini sangat dibutuhkan.
               
                                Solo , 9 Agustus 2007
                   
(Catatan : Artikel ini adalah bahan paparan  acara persusuan yang diselenggarakan oleh
 Ditjen P2HP di Solo tgl 9 Agutus 2007. Pemakalah sebagai Sekjen PPSKI )

 TABEL MODAL DASAR UNTUK
IMPLEMENTASI REVOLUSI PUTIH
No. Institusi Peran dan pemberdayaannya
1 Ditjen Peternakan
  • Menyiapkan APBN untuk BLM berupa ternak sapi perah dan sarana penunjangnya.
  • Pengawasan kesehatan sapi perah dan reproduksinya.
  • Bimbingan teknis peternakan sapi perah kepada para peternak.
2Ditjen  BP2HP, Deptan
  • Pengadaan mesin prosesing susu skala kecil untuk program terpadu dari APBN.
  • Melakukan promosi tentang kemanfaatan susu segar bagi masyarakat
  • Pengadaan sarana pemasaran/distribusi susu segar dan murah untuk masyarakat.
3 Departemen perindustrian
  • Bimbingan teknis dalam industri susu skala kecil.
  • Penyediaan sarana prosesing susu dan pemasarannya.
  • Legalitas untuk opersaional perlatan prosesing susu.
4 Ditjen Perdagangan Dalam  Negeri, Dep. Perdagangan
  • Bantuan promosi dan sosialisasi distribusi susu murah untuk masyarakat.
  • Dukungan legalitas dalam proses pemasaran dan distribusi.
  • Bantuan sarana pemasaran dan distribusi. 
5 Departemen Kesehatan
  • Penerangan kepada masyarakat tentang pentingnya protein bagi kesehatan, pertumbuhan, dan kecerdasan.
  • Moblisasi tenaga medis yang ada di daerah untuk mendukung program pencerdasan anak bangsa.
  • Dukungan legalitas atas produk susu yang didistribusikan untuk rakyat.
6 Badan POM
  • Memberikan bimbingan dan nomor MD untuk produk susu.
  • Membantu melakukan pengawasan atas kualitas produk susu yang dihasilkan.
7 Kantor Meneg. Koperasi
  • Memperkokoh organisasi koperasi susu baik primer maupun sekunder untuk berpepran besar dalam Revolusi Putih.
  • Membantu dalam pengadaan sarana-sarana prosesing dan pemasaran bagi koperasi untuk dapat menunjang distribusi susu murah bagi masyarakat.
  • Membantu permodalan bagi koperasi untuk meningkatkan produksi.
8 Departemen Sosial
  • Memberikan data daerah yang perlu diprioritaskan untuk menerima susu.
  • Menggunakan produk susu murah yang dihasilkan untuk membantu korban bencana dan masyarakat miskin.
9 Departemen  Pendidikan
  • Membantu dalam sosialisasi pentingnya konsumsi protein.
  • Mengalokasikan dana untuk makanan tambahan bagi murid-murid dari keluarga tidak mampu .
  • Menggerakkan sekolah-sekolah sebagai sarana distribusi susu murah.
10 Menko Kesra
  • Mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait untuk menunjang program Revolusi Putih II.
  • Menjadikan program Revolusi Putih II sebagai program nasional dengan pelaksanaan bertahap.
11 Pemerintah Daerah
  • Sesuai dengan kewenangan dalam Otoda, pemerintah daerah membantu pelaksanaan program Revolusi Putih sesuai dengan kapsitas masing-masing.
  • Menyiapkan program-program daerah untuk menunjang pelaksanaan revolusi putih II.
  • Membantu dan mengakomodir HKTI dan PPSKI dalam menjalankan peran dan fungsinya di lingkup daerah yang bersangkutan.
12 GKSI dan Koperasi primer anggotanya
  • Menjadi tulang punggung dalam penyediaan susu segar bagi program susu murah.
  • Menjadi motor dalam peningkatan produksi susu segar nasional dengan memberdayakan seluruh anggota dan potensi yang dimiliki.
  • Membantu pengembangan koperasi dan pengembangan peternakan sapi perah di luar Jawa.
  • Mengoptimalkan fasilitas prosesing dan distribusi susu yang dimiliki untuk mendukung dan menunjang Revolusi Putih II.
13 Organisasi Artis (mis. Parfi)
  • Membantu dalam mengkampanyekan susu untuk anak-anak .
  • Sebagai motivator dan innovator dalam promosi dan kampanye minum susu segar dan susu murah.
14 Media Massa
  • Membantu dalam penyebaran informasi tentang aktivitas dan konsep revolusi Putih II.
  • Membantu dalam melakukan kontrol.
15 Badan atau lembaga internasional (seperti WHO, Unicef, USAID, FAO, dsb.)
  • Membantu untuk memberikan dukungan internasional atas program.
  • Membantu untuk mengalihkan program bantuan susu untuk anak sekolah kepada Management Revolusi Putih II dari pengusaha swasta yang berjalan sekarang ini.
  • Membantu sarana ataupun teknis atas pelaksaaan konsep revolusi putih II.



Sumber:
Peningkatan Daya Saing Persusuan Nasional Melalui Revolusi Putih

[+/-] Mau Baca Selengkapnya...

Dikelola dan dikembangkan dari beberapa sumber. Powered by Blogger.